BAB 2 – DUNIA DIBAWAH DETIK
Perlahan-lahan sayap besarnya sedikit mengepak-ngepak dan
mengibas kuat, membuat aliran angin diruangan kamarku semakin deras, setelah
itu ia menutup kepakan sayap besarnya itu dibalik punggung hitam berbulu lebat
tersebut.
“a...apa...apa maksudmu???” tanyaku dengan suara bergetar
keras.
Ia hanya menatapku tajam, tak ada suara lagi yang keluar
dari mulutnya. Senyum menyeringan nan mengerikan tersungging diujung mulut
kecilnya itu.
“apa maksudmu??...” tanyaku lagi dengan sedikit tegas.
Ia masih tetap diam tanpa kata, tiba-tiba sebuah sebuah
lingkaran bermotif tulisan kaganga yang mengiringi kemunculannya tadi mendadak
muncul lagi tepat dibawah kaki mahluk tersebut. lingkaran tersebut berputar
hebat dengan cahaya merah yang bersinar terang, perlahan mahluk hitam bersayap
tadi tenggelam kedalam lingkaran merah tersebut, pelan satu centi demi satu
centi, senyum dipinggir wajahnya masih tersisah hingga ia sepenuhnya tertelan
lingkaran tersebut. lingkaran merah tersebut juga perlahan menghilang dengan
sendirinya.
Mendadak handphone ku bergetar keras, sebuah motif
lingkaran merah tadi sekarang tercetak dilayar handphoneku, ditengahnya
tertulis “FIRDAUS”,
“firdaus??” gumamku bingung,
Aku masih tidak percaya dengan yang terjadi barusan, monster
itu begitu nyata, tapi aku masih berpikir ini semua hanya mimpi, aku mencoba
mencubit lenganku,
“agh....” ternyata sakit, ini nyata dan bukan mimpi.
Namun aku masih belum bisa mempercayai kejadian barusan,
apakah itu tadi, apakah setan?? Jin??? Monster?? Atau apa?? Aku masih
bertanya-tanya didalam benakku.
“argggghhhhh...............tollllooonnggggggg....!!!!!”
suara teriakan keras tiba-tiba terdengar dari luar rumah,
Aku tersentak, dengan refleks aku bergerak menuju luar,
rasa penasaranku lebih besar dari rasa takut didalam diriku, namun sesuatu yang
aneh menghentikan langkah kakiku.
“Jam....jam...itu” gumamku sembari mentap jam dinding
yang tertempel di ruang tamuku. Jam tersebut bergerak begitu lambat, yah lambat
sekali, jarum detik merah yang biasa berputar cepat itu berjalan begitu lama,
lambat sekali seperti tak bergerak.
Satu hal lagi yang membingungkanku, mestinya dengan suara
teriakan keras tadi semua orang dirumah ini, bahkan diseluruh kompleks ini bisa
saja terbangun, tapi ini tidak, semuanya masih terlihat begitu sepi, hanya saja
suara teriakan panggilan minta tolong tersebut semakin lama semakin keras saja,
membuat bulu kudukku merinding tak menentu.
Namun rasa penasaran lagi-lagi menghantui, aku segera
keluar dari rumahku, kuputar gagang pintu dari besi itu, tak kuhiraukan lagi
mengapa tak ada yang bangun dikala waktu ini.
“tolong.....tolong aku....” lelaki berbaju piyama
tersebut berlari menuju kearahku, namun perlahan dari belakangnya seorang
lelaki berbaju hitam dengan motif garis putih berjalan dengan santai mengejarnya, sebuah
lingkaran merah bertuliskan kaganga juga berputar pelan dibawah kakinya.
Aku mengucek mata ku, berulang kali untuk memastikan apa
yang aku lihat ini benar,
“iii...itu......!!!” seruku sembari menunjuk sesuatu yang
bergerak mengikuti lelaki, sesosok tengkorak besar dengan pedang panjang
ditangan kanannya, tangan kirinya memegang sebuah tameng bulat berwarna hitam
pekat.
Lelaki berbaju hitam tadi tersenyum kecil, tangannya
bergerak seperti mengibaskan suatu objek yang tak terlihat, tiba-tiba tangan
tengkorak yang memegang pedang tadi bergerak mengikutinya, dan menebas tubuh
lelaki berpiyama yang berlari menuju arahku tadi.....
“aaarggghhhhhhhh..........” ujar lelaki tersebut,
badannya tak terbelah dan tak juga ada cipratan darah yang muncrat dari
tubuhnya, hanya saja handphone yang dipegang anak tersebut terjatuh dan hancur
berkeping-keping ditanah, pemuda berpiyama tersebut terhuyung dan jatuh
kelantai. Sebuah motif lingkaran bertuliskan kaganga berwarna putih muncul
diatas tubuh anak tersebut, perlahan menimpa dan menghilang bersama tubuh anak
tersebut.
“ahahahahaha.....inilah nikmatnya berburu
newborn...mereka payah sekali, tapi ini bisa memperpanjang umurku,
ahahahahahahahaha” ujar lelaki berbaju hitam tersebut tertawa keras. Monster
tengkorak yang berada dibelakangnya tadi hanya diam tanpa kata, hanya pedangnya
kini ia tancapkan berdiri ketanah.
“heee....kau sepertinya newborn juga...” ujar lelaki
tersebut menatapku dengan tajamnya.
“eh...aku tidak mengerti maksudmu...” jawabku pelan
“heaaahhhhh........” tanpa berkata-kata lagi lelaki
tersebut berlari kencang kearahku, diikuti monster tengkorak tadi, aku yang
ketakutan tak bisa bergerak kemanapun,
“matiiiiiii kau newbornnnnn eaaaaaaa......” pekik lelaki
tersebut
Pedang besar itu bergerak semakin mendekat dan mulai
menebaskan udara hingga hampir menyetuh tubuh lemahku ini, aku hanya bisa
memejamkan mata saja, tak mampu rasanya aku melihat hal yang mengerikan
tersebut....
“arghhh......” pekikku keras, namun anehnya aku tak
merasakan apa-apa padahal aku yakin pedang tersebut sepersekian detik lagi akan
segera menebas tubuhku, kuberanikan untuk membuka mataku, perlahan demi
perlahan
“uhuk.....ergh...siall.....” ujar lelaki tersebut, dia
tak lagi berdiri, badannya lemah dan kaku tertunduk lesu dihadapanku,
Aku perhatikan tengkorak besar yang berada dibelakangnya
tadi juga tertunduk dengan hanya menopang badan pada pedang besarnya tersebut,
aku perhatikan dengan seksama sesuatu menembus bagian dadanya, sesuatu berwarna
kuning panjang dan bercahya yang menyilaukan mata.
“itu...busur???” gumamku kebingungan, sebuah busur besar
kuning yang bercahaya menembus badan tengkorak tersebut.
“uhuk...uhuk....ergh.....sial.., kenapa bisa bertemu
dengan anggota NewMoon pada saat sekarang ini...” lelaki tadi menggerutu keras,
sebuah lingkaran putih bermotif kaganga muncul diatas kepalanya dan lingkaran
serupa yang lebih besar muncul diatas kepala monster tengkorak tadi, perlahan
menimpa kedua mahluk yang aneh tersebut hingga hilang tanpa bekas.
Aku masih belum mampu menggerakkan badanku yang kaku
karena ketakutan yang bercampur dengan kebingungan. Kakiku yang gemetaran
sedari tadi sudah tak mampu menopang beratnya badan ini hingga aku tersungkur
dan jatuh ketanah, sempat sudut mataku melihat sesosok wanita dengan jubah
berwarna hijau berdiri diatas sebuah gedung yang berada didepan rumah kami,
samar-samar bayangan sebuah mahluk terlihat melayang dibelakangnya, sesosok
yang tak kumengerti apa itu, sesosok mahluk bertubuh ramping dengan berbagai
hiasan khas kerajaan jawa, rambut panjangnya yang tergurai dan kedua tangannya
yang memegang sebuah busur panah yang tak kalah besar dan anggunnya berwarna
keemasan, semuanya terlihat sedikit gelap dengan pemandangan bulan purnama
besar yang berada dibelakangnya.
Sesaat kemudian wanita tadi meloncat kebelakang gedung
dan hilang bersamaan dengan hilangnya bayangan yang mengikutinya, setelah itu
aku tak mampu menahan beratnya mataku, hingga aku tak mampu lagi dan tertidur
diteras malam itu.
****
Sinar mentari pagi yang menyilaukan mata membangunkan aku
pagi ini, suara cicitan burung dan ayam berkokok menandakan hari sudah pagi,
badanku terasa pegal semua, perlahan aku mencoba membuka mataku, kulihat
disekelilingku.
Ini sepertinya didalam kamar kakakku, tak salah lagi.
Tangan kananku masih memegang handphone kakak, dan tangan kiriku masih memegang
handphoneku sendiri. Aku coba-coba ingat lagi kejadian tadi malam....
“ahh....apakah itu hanya mimpi...” gumamku lirih,
memoriku masih tercetak jelas kejadian malam tadi, monster hitam bersayap,
tengkorak berpedang, wanita raksasa pemanah, dan beberapa orang aneh, itu semua
terasa begitu nyata dibenakku.
“ahh...sudahlah mungkin itu hanya mimpi” aku mencoba
meyakinkanku untuk memastikan hal
tersebut aku melihat jam dinding dikamar kakakku, tak salah lagi itu hanya
mimpi, jam tersebut kini kembali bergerak normal, baik jarum detik, menit
hingga jamnya.
“syukurlah, aku kira itu kenyataan....” gumamku lagi,
setelah itu aku melangkah keluar kamar menuju ruang makan rumah kami, terlihat
ibu sedang menyiapkan sarapan untuk kami, ayah dan setyo juga sedang
bersiap-siap untuk beraktifitas pagi ini.
“ahh....sudah bangun, cepat makan sebentar lagi kau akan
masuk sekolah...” seru ibuku pelan sembari berlalu membereskan beberapa
peralatan dapur, aku melangkah gontai kemeja makan, mengambil beberapa sendok
nasi dan ikan goreng yang sudah dimasakkan ibuku, iseng-iseng aku bertanya
sesuatu yang menggangu pikiranku pagi ini.
“ibu dengar orang berteriak kah tadi malam??”
“maksudmu??”
“yah, itu suara orang minta tolong, dan juga suara
monster tengkorak yang berjalan dengan pedangnya”
“ah....ada-ada saja kau ini, kau bermimpi mungkin,
sudahlah cepat habiskan makananmu, ayah dan adikmu sudah menunggu diluar”
Jawaban ibuku tersebut tentu tak membantu menjelaskan
kebingunganku pagi tadi, aku masih berpikir itu bukan mimpi, bagaimana tidak
pengalaman yang kurasakan tadi malam begitu nyata dan menakutkan, namun dari
beberapa sisi logika yang kekumpulkan, suara yang tak didengar orang serumah,
aku yang terbangun diatas kamar kakakku dan handphone yang tak seperti malam
tadi memaksaku untuk mempercayai bahwa semua yang terjadi tadi malam hanyalah
mimpi, sebuah bunga tidur saja.
Aku masuk kekelas seperti biasa layaknya hari-hari
laiinya, tak ada yang spesial dihari ulang tahunku, bahkan mungkin tak ada
satupun teman yang tahu aku ulang tahun hari ini, bodoh amat aku memang tak
peduli, aku memang tak begitu dekat dengan satupun dari mereka, begitupun
mereka yang juga tak begitu ingin dekat dengan orang pendiam sepertiku. Aku
mengambil tempat duduk didepan, rian sudah berada disana dan asik dengan
handphonenya.
“owh kau yoga,.....” ujar rian singkat lalu kembali asik
bermain dengan handphonenya, aku hanya melamun mencoba untuk mengingat-ingat
lagi apa saja yang terjadi tadi malam, sebuah mimpi yang begitu nyata dalam
benakku, aku mengambil pena mencoba menggambar dan mengingat-ingat apa saja
yang terjadi malam tadi, sesosok mahluk bersayap dan sebuah tulisan yang masih
jelas ku ingat “seconder”, aku tuliskan disecarik kertas didepanku,
“eh......apa itu....!!!” ujar rian tiba-tiba, ia seperti
kaget dengan tulisan yang kubuat, ia rebut dan segera mencoretnya habis hingga
tak terlihat lagi tulisan seconder tersebut, ia remas kertas tersebut dan
mencabiknya kecil-kecil.
“ada apa!!??” tanyaku kaget kelelaki tersebut,
“sudah berapa usiamu sekarang??” tanya rian mendadak
“ehmm...malam tadi pas 17 tahun...” ujarku pelan
“hmm....sudah jangan bicarakan lagi, selepas sekolah kita
bertemu di lapangan belakang sekolah, ada yang ingin aku katakan padamu disana
nanti” ujar riang lalu ia kembali sibuk dengan hapenya..
“memang kenapa dengan usiaku...?” tanyaku pensaran ke
rian yang hanya dijawabnya dengan menekan bibirku dengan jari telunjuknya
“ssssttttt....diam...” ujarnya singakat.
Pelajaran hari itu berjalan dengan membosakan, dan tak
seperti biasanya semua yang dipelajari tak dapat aku pahami, pikiran dan
fokusku hanya kepada kejadian mimpi tadi malam dan kelakuan aneh rian pagi
tadi, aku semakin penasaran apa yang akan dikatakan rian nanti siang,
Bel pelajaran terakhir berbunyi tepat pukul 12.55 siang
itu, rian segera menarik tanganku menuju lapangan dibelakang bola, dengan
berlari kecil akhirnya kami sampai juga dilapangan tersebut, dengan
terengah-engah aku bertanya kepadanya.
“ada apa sebenarnya sih...??” ujarku pelan
Rian hanya sibuk memegang dan memperhatikan sesuatu
dihandphonenya, tanpa ia sadari sebuah bola melaju kencang kearah kepala lelaki
dengan rambut kecoklatan bergaya mohawk tersebut.
“awas dibelakangmu....”
“dua..dua...delapan...delapan...delapan..lima..lima..dua....buka.....!!!”
tiba-tiba rian buka suara, dan keadaan sekitar menjadi aneh, bola yang tadinya
akan menghantam kepalanya berhenti bergerak, seluruh lingkungan sekitar juga
menjadi aneh, warnanya berubah menjadi monchorom layaknya tipi lama, hanya ada
putih dan hitam, tapi tidak dengan rian, ia tetap berwarna ditengah keanehan
tersebut, selain itu juga seluruh bendan dan mahluk yang tadinya bergerak kini
terdiam mematung seperti terkena sihir atau sesuatu yang tidak aku mengerti.
“hey....yoga....” ujar rian
“egh...sebenarnya apa yang terjadi rian??” tanyaku...
“haaahhhh.... sudahku duga, ternyata kau juga, kalau
begitu........”ujarnya panjang dan menggantung
“selamat datang di dunia bawah detik...”
WELCOME TO SECONDER.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar