Tulisan Populer

Bahasa

English German Dutch Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 06 Februari 2013

THE CALLERS ( BAB 2 )






BAB 2 – DUNIA DIBAWAH DETIK

Perlahan-lahan sayap besarnya sedikit mengepak-ngepak dan mengibas kuat, membuat aliran angin diruangan kamarku semakin deras, setelah itu ia menutup kepakan sayap besarnya itu dibalik punggung hitam berbulu lebat tersebut.
“a...apa...apa maksudmu???” tanyaku dengan suara bergetar keras.
Ia hanya menatapku tajam, tak ada suara lagi yang keluar dari mulutnya. Senyum menyeringan nan mengerikan tersungging diujung mulut kecilnya itu.
“apa maksudmu??...” tanyaku lagi dengan sedikit tegas.
Ia masih tetap diam tanpa kata, tiba-tiba sebuah sebuah lingkaran bermotif tulisan kaganga yang mengiringi kemunculannya tadi mendadak muncul lagi tepat dibawah kaki mahluk tersebut. lingkaran tersebut berputar hebat dengan cahaya merah yang bersinar terang, perlahan mahluk hitam bersayap tadi tenggelam kedalam lingkaran merah tersebut, pelan satu centi demi satu centi, senyum dipinggir wajahnya masih tersisah hingga ia sepenuhnya tertelan lingkaran tersebut. lingkaran merah tersebut juga perlahan menghilang dengan sendirinya.
Mendadak handphone ku bergetar keras, sebuah motif lingkaran merah tadi sekarang tercetak dilayar handphoneku, ditengahnya tertulis “FIRDAUS”,
“firdaus??” gumamku bingung,
Aku masih tidak percaya dengan yang terjadi barusan, monster itu begitu nyata, tapi aku masih berpikir ini semua hanya mimpi, aku mencoba mencubit lenganku,
“agh....” ternyata sakit, ini nyata dan bukan mimpi.
Namun aku masih belum bisa mempercayai kejadian barusan, apakah itu tadi, apakah setan?? Jin??? Monster?? Atau apa?? Aku masih bertanya-tanya didalam benakku.
“argggghhhhh...............tollllooonnggggggg....!!!!!” suara teriakan keras tiba-tiba terdengar dari luar rumah,
Aku tersentak, dengan refleks aku bergerak menuju luar, rasa penasaranku lebih besar dari rasa takut didalam diriku, namun sesuatu yang aneh menghentikan langkah kakiku.
“Jam....jam...itu” gumamku sembari mentap jam dinding yang tertempel di ruang tamuku. Jam tersebut bergerak begitu lambat, yah lambat sekali, jarum detik merah yang biasa berputar cepat itu berjalan begitu lama, lambat sekali seperti tak bergerak.
Satu hal lagi yang membingungkanku, mestinya dengan suara teriakan keras tadi semua orang dirumah ini, bahkan diseluruh kompleks ini bisa saja terbangun, tapi ini tidak, semuanya masih terlihat begitu sepi, hanya saja suara teriakan panggilan minta tolong tersebut semakin lama semakin keras saja, membuat bulu kudukku merinding tak menentu.
Namun rasa penasaran lagi-lagi menghantui, aku segera keluar dari rumahku, kuputar gagang pintu dari besi itu, tak kuhiraukan lagi mengapa tak ada yang bangun dikala waktu ini.
“tolong.....tolong aku....” lelaki berbaju piyama tersebut berlari menuju kearahku, namun perlahan dari belakangnya seorang lelaki berbaju hitam dengan motif garis putih  berjalan dengan santai mengejarnya, sebuah lingkaran merah bertuliskan kaganga juga berputar pelan dibawah kakinya.
Aku mengucek mata ku, berulang kali untuk memastikan apa yang aku lihat ini benar,
“iii...itu......!!!” seruku sembari menunjuk sesuatu yang bergerak mengikuti lelaki, sesosok tengkorak besar dengan pedang panjang ditangan kanannya, tangan kirinya memegang sebuah tameng bulat berwarna hitam pekat.
Lelaki berbaju hitam tadi tersenyum kecil, tangannya bergerak seperti mengibaskan suatu objek yang tak terlihat, tiba-tiba tangan tengkorak yang memegang pedang tadi bergerak mengikutinya, dan menebas tubuh lelaki berpiyama yang berlari menuju arahku tadi.....
“aaarggghhhhhhhh..........” ujar lelaki tersebut, badannya tak terbelah dan tak juga ada cipratan darah yang muncrat dari tubuhnya, hanya saja handphone yang dipegang anak tersebut terjatuh dan hancur berkeping-keping ditanah, pemuda berpiyama tersebut terhuyung dan jatuh kelantai. Sebuah motif lingkaran bertuliskan kaganga berwarna putih muncul diatas tubuh anak tersebut, perlahan menimpa dan menghilang bersama tubuh anak tersebut.
“ahahahahaha.....inilah nikmatnya berburu newborn...mereka payah sekali, tapi ini bisa memperpanjang umurku, ahahahahahahahaha” ujar lelaki berbaju hitam tersebut tertawa keras. Monster tengkorak yang berada dibelakangnya tadi hanya diam tanpa kata, hanya pedangnya kini ia tancapkan berdiri ketanah.
“heee....kau sepertinya newborn juga...” ujar lelaki tersebut menatapku dengan tajamnya.
“eh...aku tidak mengerti maksudmu...” jawabku pelan
“heaaahhhhh........” tanpa berkata-kata lagi lelaki tersebut berlari kencang kearahku, diikuti monster tengkorak tadi, aku yang ketakutan tak bisa bergerak kemanapun,
“matiiiiiii kau newbornnnnn eaaaaaaa......” pekik lelaki tersebut
Pedang besar itu bergerak semakin mendekat dan mulai menebaskan udara hingga hampir menyetuh tubuh lemahku ini, aku hanya bisa memejamkan mata saja, tak mampu rasanya aku melihat hal yang mengerikan tersebut....
“arghhh......” pekikku keras, namun anehnya aku tak merasakan apa-apa padahal aku yakin pedang tersebut sepersekian detik lagi akan segera menebas tubuhku, kuberanikan untuk membuka mataku, perlahan demi perlahan
“uhuk.....ergh...siall.....” ujar lelaki tersebut, dia tak lagi berdiri, badannya lemah dan kaku tertunduk lesu dihadapanku,
Aku perhatikan tengkorak besar yang berada dibelakangnya tadi juga tertunduk dengan hanya menopang badan pada pedang besarnya tersebut, aku perhatikan dengan seksama sesuatu menembus bagian dadanya, sesuatu berwarna kuning panjang dan bercahya yang menyilaukan mata.
“itu...busur???” gumamku kebingungan, sebuah busur besar kuning yang bercahaya menembus badan tengkorak tersebut.
“uhuk...uhuk....ergh.....sial.., kenapa bisa bertemu dengan anggota NewMoon pada saat sekarang ini...” lelaki tadi menggerutu keras, sebuah lingkaran putih bermotif kaganga muncul diatas kepalanya dan lingkaran serupa yang lebih besar muncul diatas kepala monster tengkorak tadi, perlahan menimpa kedua mahluk yang aneh tersebut hingga hilang tanpa bekas.
Aku masih belum mampu menggerakkan badanku yang kaku karena ketakutan yang bercampur dengan kebingungan. Kakiku yang gemetaran sedari tadi sudah tak mampu menopang beratnya badan ini hingga aku tersungkur dan jatuh ketanah, sempat sudut mataku melihat sesosok wanita dengan jubah berwarna hijau berdiri diatas sebuah gedung yang berada didepan rumah kami, samar-samar bayangan sebuah mahluk terlihat melayang dibelakangnya, sesosok yang tak kumengerti apa itu, sesosok mahluk bertubuh ramping dengan berbagai hiasan khas kerajaan jawa, rambut panjangnya yang tergurai dan kedua tangannya yang memegang sebuah busur panah yang tak kalah besar dan anggunnya berwarna keemasan, semuanya terlihat sedikit gelap dengan pemandangan bulan purnama besar yang berada dibelakangnya.
Sesaat kemudian wanita tadi meloncat kebelakang gedung dan hilang bersamaan dengan hilangnya bayangan yang mengikutinya, setelah itu aku tak mampu menahan beratnya mataku, hingga aku tak mampu lagi dan tertidur diteras malam itu.
****
Sinar mentari pagi yang menyilaukan mata membangunkan aku pagi ini, suara cicitan burung dan ayam berkokok menandakan hari sudah pagi, badanku terasa pegal semua, perlahan aku mencoba membuka mataku, kulihat disekelilingku.
Ini sepertinya didalam kamar kakakku, tak salah lagi. Tangan kananku masih memegang handphone kakak, dan tangan kiriku masih memegang handphoneku sendiri. Aku coba-coba ingat lagi kejadian tadi malam....
“ahh....apakah itu hanya mimpi...” gumamku lirih, memoriku masih tercetak jelas kejadian malam tadi, monster hitam bersayap, tengkorak berpedang, wanita raksasa pemanah, dan beberapa orang aneh, itu semua terasa begitu nyata dibenakku.
“ahh...sudahlah mungkin itu hanya mimpi” aku mencoba meyakinkanku  untuk memastikan hal tersebut aku melihat jam dinding dikamar kakakku, tak salah lagi itu hanya mimpi, jam tersebut kini kembali bergerak normal, baik jarum detik, menit hingga jamnya.
“syukurlah, aku kira itu kenyataan....” gumamku lagi, setelah itu aku melangkah keluar kamar menuju ruang makan rumah kami, terlihat ibu sedang menyiapkan sarapan untuk kami, ayah dan setyo juga sedang bersiap-siap untuk beraktifitas pagi ini.
“ahh....sudah bangun, cepat makan sebentar lagi kau akan masuk sekolah...” seru ibuku pelan sembari berlalu membereskan beberapa peralatan dapur, aku melangkah gontai kemeja makan, mengambil beberapa sendok nasi dan ikan goreng yang sudah dimasakkan ibuku, iseng-iseng aku bertanya sesuatu yang menggangu pikiranku pagi ini.
“ibu dengar orang berteriak kah tadi malam??”
“maksudmu??”
“yah, itu suara orang minta tolong, dan juga suara monster tengkorak yang berjalan dengan pedangnya”
“ah....ada-ada saja kau ini, kau bermimpi mungkin, sudahlah cepat habiskan makananmu, ayah dan adikmu sudah menunggu diluar”
Jawaban ibuku tersebut tentu tak membantu menjelaskan kebingunganku pagi tadi, aku masih berpikir itu bukan mimpi, bagaimana tidak pengalaman yang kurasakan tadi malam begitu nyata dan menakutkan, namun dari beberapa sisi logika yang kekumpulkan, suara yang tak didengar orang serumah, aku yang terbangun diatas kamar kakakku dan handphone yang tak seperti malam tadi memaksaku untuk mempercayai bahwa semua yang terjadi tadi malam hanyalah mimpi, sebuah bunga tidur saja.
Aku masuk kekelas seperti biasa layaknya hari-hari laiinya, tak ada yang spesial dihari ulang tahunku, bahkan mungkin tak ada satupun teman yang tahu aku ulang tahun hari ini, bodoh amat aku memang tak peduli, aku memang tak begitu dekat dengan satupun dari mereka, begitupun mereka yang juga tak begitu ingin dekat dengan orang pendiam sepertiku. Aku mengambil tempat duduk didepan, rian sudah berada disana dan asik dengan handphonenya.
“owh kau yoga,.....” ujar rian singkat lalu kembali asik bermain dengan handphonenya, aku hanya melamun mencoba untuk mengingat-ingat lagi apa saja yang terjadi tadi malam, sebuah mimpi yang begitu nyata dalam benakku, aku mengambil pena mencoba menggambar dan mengingat-ingat apa saja yang terjadi malam tadi, sesosok mahluk bersayap dan sebuah tulisan yang masih jelas ku ingat “seconder”, aku tuliskan disecarik kertas didepanku,
“eh......apa itu....!!!” ujar rian tiba-tiba, ia seperti kaget dengan tulisan yang kubuat, ia rebut dan segera mencoretnya habis hingga tak terlihat lagi tulisan seconder tersebut, ia remas kertas tersebut dan mencabiknya kecil-kecil.
“ada apa!!??” tanyaku kaget kelelaki tersebut,
“sudah berapa usiamu sekarang??” tanya rian mendadak
“ehmm...malam tadi pas 17 tahun...” ujarku pelan
“hmm....sudah jangan bicarakan lagi, selepas sekolah kita bertemu di lapangan belakang sekolah, ada yang ingin aku katakan padamu disana nanti” ujar riang lalu ia kembali sibuk dengan hapenya..
“memang kenapa dengan usiaku...?” tanyaku pensaran ke rian yang hanya dijawabnya dengan menekan bibirku dengan jari telunjuknya
“ssssttttt....diam...” ujarnya singakat.
Pelajaran hari itu berjalan dengan membosakan, dan tak seperti biasanya semua yang dipelajari tak dapat aku pahami, pikiran dan fokusku hanya kepada kejadian mimpi tadi malam dan kelakuan aneh rian pagi tadi, aku semakin penasaran apa yang akan dikatakan rian nanti siang,
Bel pelajaran terakhir berbunyi tepat pukul 12.55 siang itu, rian segera menarik tanganku menuju lapangan dibelakang bola, dengan berlari kecil akhirnya kami sampai juga dilapangan tersebut, dengan terengah-engah aku bertanya kepadanya.
“ada apa sebenarnya sih...??” ujarku pelan
Rian hanya sibuk memegang dan memperhatikan sesuatu dihandphonenya, tanpa ia sadari sebuah bola melaju kencang kearah kepala lelaki dengan rambut kecoklatan bergaya mohawk tersebut.
“awas dibelakangmu....”
“dua..dua...delapan...delapan...delapan..lima..lima..dua....buka.....!!!” tiba-tiba rian buka suara, dan keadaan sekitar menjadi aneh, bola yang tadinya akan menghantam kepalanya berhenti bergerak, seluruh lingkungan sekitar juga menjadi aneh, warnanya berubah menjadi monchorom layaknya tipi lama, hanya ada putih dan hitam, tapi tidak dengan rian, ia tetap berwarna ditengah keanehan tersebut, selain itu juga seluruh bendan dan mahluk yang tadinya bergerak kini terdiam mematung seperti terkena sihir atau sesuatu yang tidak aku mengerti.
“hey....yoga....” ujar rian
“egh...sebenarnya apa yang terjadi rian??” tanyaku...
“haaahhhh.... sudahku duga, ternyata kau juga, kalau begitu........”ujarnya panjang dan menggantung
“selamat datang di dunia bawah detik...”
WELCOME TO SECONDER.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar