Tulisan Populer

Bahasa

English German Dutch Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 24 September 2012

Cinta di Sepanjang Jalur Gaza (part 1)


~ANAK DIBALIK PUING PUING RERUNTUHAN~
Drap sepatu boots ku melangkah melalui puing puing reruntuhan bekas serangan tentara Israel semalam, beberapa dibalik puing tersebut terlihat banyak mayat tak bersalah yang bergelempangan membuat hati siapapun yang melihatnya akan terseyet seyet pilu, aku arahkan kamera yang bergantung dileherku untuk mengambil beberapa potret gambar untuk dijadikan bahan untuk berita yang akan kukirimkan keredaksi majalah online diindonesia,

tugasku memang cukup berat tahun ini, baru saja selesai meliput tragedy menyedihkan disalah satu sudut tanah ait kita, ya mentawai.. tragedy tsunami disana tak kalah menyayat hati, dan lagi lagi disini aku menemukan pemandangan seperti ini setelah beberapa hari yang lalu aku mendapat tugas untuk meliput tragedy kemanusiaan di negeri ini,. 
Setelah beberapa potong foto berhasil ku abadikan, aku beranjak menuju sebuah kamp perkampungang pengungsian tak jauh dari sana, terlihat beberapa anak kecil yang berlari riang, yah mereka memang masih terlalu dini untuk mengerti apa yang terjadi di tanah air mereka ini, beberapa lagi remaja tanggung sedang bersiaga kalau kalau ada serangan lagi yang terjadi, ibu ibu sibuk membuat kudapan untuk dimakan para pengungsi disana, dan sebagian lagi ada yang sibuk merawat anggota keluarganya yang terluka parah pasca pemboman yang terjadi malam tadi…

Aku disambut oleh beberapa pemuda disana, mereka bertanya akan keperluanku disini,
“ asalamualaikum.. saya seorang wartawan dari Indonesia…” jelasku kepada mereka dengan menggunakan bahasa arab, sambil menunjukkan passport dan kartu pengenal wartawan yang saya punya…
“waalaikum salam.. ya, saya mengerti, silahkan masuk..” jawab salah seorang pemuda disana, setelah mengetahui asal usulku, mereka menyambutku dengan sangat baik, beruntung memang negera kita memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Negara ini, akupun beristirahat disana sejenak, seorang ibu dengan ramahnya memberikan aku makanan sebuah kebab, yakni makanan sejenis mirip sate kalau diindonesia, yakni daging panggang yang ditusuk dengan besi, tak kusangka mereka menyuguhiku sebuah makanan yang sangat mewah tentunya untuk pengungsi seperti mereka

“ ini rasa terima kasih kami kepada warga Indonesia yang begitu perhatian dan sering memberikan kami bantuan” jawab ibu tadi yang mengantariku makanan setelah kutanya mengapa memberikan makanan yang begitu mewah…

ketika ku sedang asik menikmati makanan ini, tiba tiba muncul seorang anak kecil, ku kira umurnya sekitar 10 tahun, mungkin dibawahnya, dengan bahasa arabnya di meminta kebab yang sedang aku pegang tersebut, “pak, saya minta itu, saya sangat lapar..” katanya sembari menunjuk nunjuk kebab yang aku pegang, aku tersenyum pilu melihatnya, aku berikan seluruh kebab yang ada di tanganku kepadanya, iya tersenyum riang dan berlari menuju teman temannya, mereka terlihat begitu menikmati makanan tersebut..

dengan reflex aku foto mereka yang sedang asiknya menikmati makanan tersebut dengan lahapnya, aku buka laptopku yang tersimpan dibalik tas ransel hitam yang biasa ku sandang, ku pasang modem merek Vodafonenya dan segera aku coba untuk mengconnectkannya, namun saying, sinyal begitu kecil disini, namun tak menyurutkan langkahku untuk masuk login ke yahoo mail, tanganku berdetik lincah mengetik alamat yahoo, namun apa yang kudapat, ternyata situs ini telah diblokir, sepertinya memang kawasan jalur gaza menjadi sangat terisolir baik itu darat, laut, udara, hingga dunia maya nya sekalipun,
Aku matikan browser dan memulai mengetik beberapa tulisan yang mungkin bisa diangkat menjadi berita kelak, “yah, dari pada tidak ada yg bisa dilakukan..” gumamku, ketika aku menklik icon word, aku melihat wallpaper laptopku, yah disana terpampang foto kami bertiga, aku, rahmat dan sidiq, pada ini adalah foto bersama kami terakhir dan pertemuan terakhir kami pula, yah mungkin sudah hamper 4 tahun kami berpisah sebelumnya selama 4 tahun pula kami berjuang bersama tak kenal lelah menjadi aktifis dakwah dikampus biru, universitas Indonesia, aku berada di jurusan jurnalistik kala itu, sedangkan rahmat, lelaki asal kalimantan ini mengambil jurusan kimia, dan sidiq, putra salah satu kiay di pondok madani ini mengambil jurusan bahasa arab,
Entah bagaimana kabar mereka sekarang, mudah mudahan selalu dalam perlindungan Allah swt, terakhir aku dengar rahmat sedang berada di Australia untuk mengambil S2 nya dan mungkin akan lanjut ke S3 di new south wales university, sedangkan sidiq sibuk menimba ilmu di alexandaria, yah di kampus megah gudang ilmu pengetahuan Al-Azhar…
Ketika sedang asik mengetik artikel, seorang anak muncul dari bawah sikuku, “lagi buat apa kak??” tanyanya, ternyata dia adalah anak kecil yang tadi aku beri kebab, “ini, lagi tulis berita dik, eh adik namanya siapa??” tanyaku ramah, sepertinya dia merasa nyaman dekat denganku, mungkin karena aku telah memberikannya kebab tadi, “nama saya Abdullah kak”, jawabnya singkat “owh, Abdullah yah, nama kakak Samir, kakak dari Indonesia”, jawabku, “orang tua Abdullah sekarang dimana??”, ia terdiam sejenak, matanya berkaca kaca, namun wajahnya terlihat tegar “abi sama ummi udah nga ada kak, meninggal karena serangan semalam” jawabnya pelan sambil menahan sesuatu.. “innalilahiwainnalilahirajiun,…. Insyallah abi sama umminya udah tenang disana ya, merek meninggal karena jihad… abudullah tetap kuat ya, ummi sama abinya pasti menunggu Abdullah di firdaus” ujarku ke anak ini “ iya kak, insyallah… surga itu indah kan” jawabnya sambil dengan mata berbinar binary “ tentu saja” jawabku, aku takjub akan ketegaran anak sekecil ini, keadaan mungkin yang telah membuatny menjadi pribadi yang lebih kuat..
Aku mengizinkannya memainkan laptopku, tampak ia senang sekali, sepertinya sangat jarang ia bisa merasakan sebuah teknologi seperti ini di keadaan Negara yang seperti ini, aku bukak kan salah satu game islami anak soleh buatan salah satu teman developer game ku diindoensia, abdullah bersama teman temannya senang melihat gambarnya, namun kebingungan dengan bahasa yang tertera disana, wajar saja, apilkasi ini memang berbahasa indonesia dan  temanku buat dahuhulu untuk kami bagikan dulu kepada anak panti asuhan disalah satu daerah dijakarta

Tak terasa hari sudah malam, suhu udara malam disini sungguh sangat luar biasa dingin, aku terpaksa menambah jaket beberapa lembar agar udara dingin ini tak langsung menusuk ketulangku, aku berjalan menuju kawanan bapak bapak yang sedang ngobrol sambil bersiaga di samping api unggun yang menghangatkan kami,  akupun berbincang bincang dengan mereka, mencoba mencari informasi apa saja yang telah terjadi beberapa minggu disini, kami berbincang cukup hangat dan lama, tak terasa matahari diufuk timur sudah mulai menunjukkan batang hidungnya, seorang bapak mengajak kami untuk shalat subuh berjamah,

Aku membereskan peralatanku dan bersiap untuk meninggalkan kamp ini, setelah mengucapkan terima kasih ke penduduk disini dan berpamitan akupun mulai beranjak meninggalkan kamp pengungsian kecil ini yang berada di beit lahiya, tujuanku selanjutnya adalah menuju pusat kota gaza yang berada di pinggir pantai untuk mengakses jaringan internet dan menunggu beberapa teman dari Indonesia yang ikut bersama ekspedisi kapal mavi marmara, seharusnya mereka 3 hari lagi,
Aku mencari sebuah angkutan umum yang mungkin bisa ku ikuti, tiba tiba dari belakangku ada yang memanggil “ kakk… tunggu…” ujarnya keras, aku familiar dengan suara itu, itu ternyata Abdullah, iya meneteng tas kecil… “kau mau kemana abadullah??” tanyaku bingung, “ibu tadi bilang kakak mau ke gaza kan?? Aku ikut ya, aku punya sepupu disana, dahulu abbi pernah mengajakku berlibur ke gaza sewaktu aku masih kecil” jawabnya, “ hmm.. baiklah..” jawabku singkat sambil memberikan senyuman kepadanya..
Beberapa saat kemudian sebuah mobil box melewati kami, aku memanggilnya dan ikut menumpang dengan mobil tersebut bersama Abdullah, disepanjang jalan kulihat banyak kamp kamp pengungsian lainnya yang bersanding dengan puing puing hancur bekas serangan tentara isrel, suasana yang panas terik membuat kami harus berkipas lebih sering dan juga lebih sering menyeka keringat yang bercucuran dikepala, Karena ngantuk tidak tidur semalaman akupun tertidur menyusul Abdullah yang sudah sedari tadi tidur disampingku,

“bangun…!!! Bangun…! Turun kalian semua…” tiba tiba suara keras membangunkanku , semua penumpang sudah berbaris diluar, segera kubangunkan Abdullah, dan kami berdua turun dari mobil, aku sempat melihat sebuah palang nama, nazla-jibaliya, kami ternyata sedang berada di daerah jibaliya, sebuah kota antara kamp bayt lahiya dan kota gaza, sepertinya kami sedang berada dipos pengawasan tentara Israel..

Satu persatu para penumpang diperiksa, hingga tiba saatnya aku diperiksa, aku meraba kantong celanaku, “hmm… seharusnya ada disini” gumamku, aku meraba lagi  namun tak kutemukan passport dan tanda pengenal wartawanku, “heii.. mana kartu identitasmu” ujar tentara Israel itu berang, astgahfirullah.. baru kuingat keduanya tertinggal ketika aku membongkar tas kemarin sore, aku mencoba menjelaskan kepada tentara tersebut, namun sepertinya mereka tidak memberika toleransi, dan mereka segera memboyongku kekantor, aku lihat dari kejauhan Abdullah kebingungan akan kejadian ini……

akhir perjalanan hari ini.....

LANJUT KE PART 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar