~ANAK DIBALIK PUING PUING RERUNTUHAN~
Drap sepatu boots ku melangkah melalui puing puing
reruntuhan bekas serangan tentara Israel semalam, beberapa dibalik puing
tersebut terlihat banyak mayat tak bersalah yang bergelempangan membuat hati
siapapun yang melihatnya akan terseyet seyet pilu, aku arahkan kamera yang
bergantung dileherku untuk mengambil beberapa potret gambar untuk dijadikan
bahan untuk berita yang akan kukirimkan keredaksi majalah online diindonesia, tugasku memang cukup berat tahun ini, baru saja selesai meliput tragedy menyedihkan disalah satu sudut tanah ait kita, ya mentawai.. tragedy tsunami disana tak kalah menyayat hati, dan lagi lagi disini aku menemukan pemandangan seperti ini setelah beberapa hari yang lalu aku mendapat tugas untuk meliput tragedy kemanusiaan di negeri ini,.
Setelah beberapa potong foto berhasil ku abadikan, aku
beranjak menuju sebuah kamp perkampungang pengungsian tak jauh dari sana,
terlihat beberapa anak kecil yang berlari riang, yah mereka memang masih
terlalu dini untuk mengerti apa yang terjadi di tanah air mereka ini, beberapa
lagi remaja tanggung sedang bersiaga kalau kalau ada serangan lagi yang
terjadi, ibu ibu sibuk membuat kudapan untuk dimakan para pengungsi disana, dan
sebagian lagi ada yang sibuk merawat anggota keluarganya yang terluka parah
pasca pemboman yang terjadi malam tadi…
Aku disambut oleh beberapa pemuda disana, mereka bertanya
akan keperluanku disini,
“ asalamualaikum.. saya seorang wartawan dari Indonesia…” jelasku kepada mereka dengan menggunakan bahasa arab, sambil menunjukkan passport dan kartu pengenal wartawan yang saya punya…
“waalaikum salam.. ya, saya mengerti, silahkan masuk..” jawab salah seorang pemuda disana, setelah mengetahui asal usulku, mereka menyambutku dengan sangat baik, beruntung memang negera kita memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Negara ini, akupun beristirahat disana sejenak, seorang ibu dengan ramahnya memberikan aku makanan sebuah kebab, yakni makanan sejenis mirip sate kalau diindonesia, yakni daging panggang yang ditusuk dengan besi, tak kusangka mereka menyuguhiku sebuah makanan yang sangat mewah tentunya untuk pengungsi seperti mereka
“ ini rasa terima kasih kami kepada warga Indonesia yang begitu perhatian dan sering memberikan kami bantuan” jawab ibu tadi yang mengantariku makanan setelah kutanya mengapa memberikan makanan yang begitu mewah…
ketika ku sedang asik menikmati makanan ini, tiba tiba muncul seorang anak kecil, ku kira umurnya sekitar 10 tahun, mungkin dibawahnya, dengan bahasa arabnya di meminta kebab yang sedang aku pegang tersebut, “pak, saya minta itu, saya sangat lapar..” katanya sembari menunjuk nunjuk kebab yang aku pegang, aku tersenyum pilu melihatnya, aku berikan seluruh kebab yang ada di tanganku kepadanya, iya tersenyum riang dan berlari menuju teman temannya, mereka terlihat begitu menikmati makanan tersebut..
dengan reflex aku foto mereka yang sedang asiknya menikmati makanan tersebut dengan lahapnya, aku buka laptopku yang tersimpan dibalik tas ransel hitam yang biasa ku sandang, ku pasang modem merek Vodafonenya dan segera aku coba untuk mengconnectkannya, namun saying, sinyal begitu kecil disini, namun tak menyurutkan langkahku untuk masuk login ke yahoo mail, tanganku berdetik lincah mengetik alamat yahoo, namun apa yang kudapat, ternyata situs ini telah diblokir, sepertinya memang kawasan jalur gaza menjadi sangat terisolir baik itu darat, laut, udara, hingga dunia maya nya sekalipun,
“ asalamualaikum.. saya seorang wartawan dari Indonesia…” jelasku kepada mereka dengan menggunakan bahasa arab, sambil menunjukkan passport dan kartu pengenal wartawan yang saya punya…
“waalaikum salam.. ya, saya mengerti, silahkan masuk..” jawab salah seorang pemuda disana, setelah mengetahui asal usulku, mereka menyambutku dengan sangat baik, beruntung memang negera kita memiliki kerja sama yang sangat baik dengan Negara ini, akupun beristirahat disana sejenak, seorang ibu dengan ramahnya memberikan aku makanan sebuah kebab, yakni makanan sejenis mirip sate kalau diindonesia, yakni daging panggang yang ditusuk dengan besi, tak kusangka mereka menyuguhiku sebuah makanan yang sangat mewah tentunya untuk pengungsi seperti mereka
“ ini rasa terima kasih kami kepada warga Indonesia yang begitu perhatian dan sering memberikan kami bantuan” jawab ibu tadi yang mengantariku makanan setelah kutanya mengapa memberikan makanan yang begitu mewah…
ketika ku sedang asik menikmati makanan ini, tiba tiba muncul seorang anak kecil, ku kira umurnya sekitar 10 tahun, mungkin dibawahnya, dengan bahasa arabnya di meminta kebab yang sedang aku pegang tersebut, “pak, saya minta itu, saya sangat lapar..” katanya sembari menunjuk nunjuk kebab yang aku pegang, aku tersenyum pilu melihatnya, aku berikan seluruh kebab yang ada di tanganku kepadanya, iya tersenyum riang dan berlari menuju teman temannya, mereka terlihat begitu menikmati makanan tersebut..
dengan reflex aku foto mereka yang sedang asiknya menikmati makanan tersebut dengan lahapnya, aku buka laptopku yang tersimpan dibalik tas ransel hitam yang biasa ku sandang, ku pasang modem merek Vodafonenya dan segera aku coba untuk mengconnectkannya, namun saying, sinyal begitu kecil disini, namun tak menyurutkan langkahku untuk masuk login ke yahoo mail, tanganku berdetik lincah mengetik alamat yahoo, namun apa yang kudapat, ternyata situs ini telah diblokir, sepertinya memang kawasan jalur gaza menjadi sangat terisolir baik itu darat, laut, udara, hingga dunia maya nya sekalipun,
Aku matikan browser dan memulai mengetik beberapa tulisan
yang mungkin bisa diangkat menjadi berita kelak, “yah, dari pada tidak ada yg
bisa dilakukan..” gumamku, ketika aku menklik icon word, aku melihat wallpaper
laptopku, yah disana terpampang foto kami bertiga, aku, rahmat dan sidiq, pada
ini adalah foto bersama kami terakhir dan pertemuan terakhir kami pula, yah
mungkin sudah hamper 4 tahun kami berpisah sebelumnya selama 4 tahun pula kami
berjuang bersama tak kenal lelah menjadi aktifis dakwah dikampus biru,
universitas Indonesia, aku berada di jurusan jurnalistik kala itu, sedangkan
rahmat, lelaki asal kalimantan ini mengambil jurusan kimia, dan sidiq, putra
salah satu kiay di pondok madani ini mengambil jurusan bahasa arab,
Entah bagaimana kabar mereka sekarang, mudah mudahan selalu
dalam perlindungan Allah swt, terakhir aku dengar rahmat sedang berada di Australia
untuk mengambil S2 nya dan mungkin akan lanjut ke S3 di new south wales
university, sedangkan sidiq sibuk menimba ilmu di alexandaria, yah di kampus
megah gudang ilmu pengetahuan Al-Azhar…
Ketika sedang asik mengetik artikel, seorang anak muncul
dari bawah sikuku, “lagi buat apa kak??” tanyanya, ternyata dia adalah anak
kecil yang tadi aku beri kebab, “ini, lagi tulis berita dik, eh adik namanya
siapa??” tanyaku ramah, sepertinya dia merasa nyaman dekat denganku, mungkin
karena aku telah memberikannya kebab tadi, “nama saya Abdullah kak”, jawabnya
singkat “owh, Abdullah yah, nama kakak Samir, kakak dari Indonesia”, jawabku, “orang
tua Abdullah sekarang dimana??”, ia terdiam sejenak, matanya berkaca kaca,
namun wajahnya terlihat tegar “abi sama ummi udah nga ada kak, meninggal karena
serangan semalam” jawabnya pelan sambil menahan sesuatu.. “innalilahiwainnalilahirajiun,….
Insyallah abi sama umminya udah tenang disana ya, merek meninggal karena jihad…
abudullah tetap kuat ya, ummi sama abinya pasti menunggu Abdullah di firdaus”
ujarku ke anak ini “ iya kak, insyallah… surga itu indah kan” jawabnya sambil
dengan mata berbinar binary “ tentu saja” jawabku, aku takjub akan ketegaran
anak sekecil ini, keadaan mungkin yang telah membuatny menjadi pribadi yang
lebih kuat..
Aku mengizinkannya memainkan laptopku, tampak ia senang
sekali, sepertinya sangat jarang ia bisa merasakan sebuah teknologi seperti ini
di keadaan Negara yang seperti ini, aku bukak kan salah satu game islami anak
soleh buatan salah satu teman developer game ku diindoensia, abdullah bersama
teman temannya senang melihat gambarnya, namun kebingungan dengan bahasa yang
tertera disana, wajar saja, apilkasi ini memang berbahasa indonesia dan temanku buat dahuhulu untuk kami bagikan dulu
kepada anak panti asuhan disalah satu daerah dijakarta
Tak terasa hari sudah malam, suhu udara malam disini sungguh
sangat luar biasa dingin, aku terpaksa menambah jaket beberapa lembar agar
udara dingin ini tak langsung menusuk ketulangku, aku berjalan menuju kawanan
bapak bapak yang sedang ngobrol sambil bersiaga di samping api unggun yang
menghangatkan kami, akupun berbincang
bincang dengan mereka, mencoba mencari informasi apa saja yang telah terjadi
beberapa minggu disini, kami berbincang cukup hangat dan lama, tak terasa
matahari diufuk timur sudah mulai menunjukkan batang hidungnya, seorang bapak
mengajak kami untuk shalat subuh berjamah,
Aku membereskan peralatanku dan bersiap untuk meninggalkan
kamp ini, setelah mengucapkan terima kasih ke penduduk disini dan berpamitan
akupun mulai beranjak meninggalkan kamp pengungsian kecil ini yang berada di
beit lahiya, tujuanku selanjutnya adalah menuju pusat kota gaza yang berada di
pinggir pantai untuk mengakses jaringan internet dan menunggu beberapa teman
dari Indonesia yang ikut bersama ekspedisi kapal mavi marmara, seharusnya
mereka 3 hari lagi,
Aku mencari sebuah angkutan umum yang mungkin bisa ku ikuti,
tiba tiba dari belakangku ada yang memanggil “ kakk… tunggu…” ujarnya keras,
aku familiar dengan suara itu, itu ternyata Abdullah, iya meneteng tas kecil… “kau
mau kemana abadullah??” tanyaku bingung, “ibu tadi bilang kakak mau ke gaza
kan?? Aku ikut ya, aku punya sepupu disana, dahulu abbi pernah mengajakku
berlibur ke gaza sewaktu aku masih kecil” jawabnya, “ hmm.. baiklah..” jawabku
singkat sambil memberikan senyuman kepadanya..
Beberapa saat kemudian sebuah mobil box melewati kami, aku
memanggilnya dan ikut menumpang dengan mobil tersebut bersama Abdullah,
disepanjang jalan kulihat banyak kamp kamp pengungsian lainnya yang bersanding
dengan puing puing hancur bekas serangan tentara isrel, suasana yang panas
terik membuat kami harus berkipas lebih sering dan juga lebih sering menyeka
keringat yang bercucuran dikepala, Karena ngantuk tidak tidur semalaman akupun
tertidur menyusul Abdullah yang sudah sedari tadi tidur disampingku,
“bangun…!!! Bangun…! Turun kalian semua…” tiba tiba suara
keras membangunkanku , semua penumpang sudah berbaris diluar, segera
kubangunkan Abdullah, dan kami berdua turun dari mobil, aku sempat melihat
sebuah palang nama, nazla-jibaliya, kami ternyata sedang berada di daerah
jibaliya, sebuah kota antara kamp bayt lahiya dan kota gaza, sepertinya kami
sedang berada dipos pengawasan tentara Israel..
Satu persatu para penumpang diperiksa, hingga tiba saatnya
aku diperiksa, aku meraba kantong celanaku, “hmm… seharusnya ada disini”
gumamku, aku meraba lagi namun tak
kutemukan passport dan tanda pengenal wartawanku, “heii.. mana kartu
identitasmu” ujar tentara Israel itu berang, astgahfirullah.. baru kuingat
keduanya tertinggal ketika aku membongkar tas kemarin sore, aku mencoba
menjelaskan kepada tentara tersebut, namun sepertinya mereka tidak memberika
toleransi, dan mereka segera memboyongku kekantor, aku lihat dari kejauhan Abdullah
kebingungan akan kejadian ini……
akhir perjalanan hari ini.....
LANJUT KE PART 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar