"sebuah cerita bagaimana kekuatan sedekah itu bekerja"
Sore itu, aku termenung di sebuah rumah kontrakan kecil
disuatu sudut kota Bengkulu, sembari melihat jatuhan partikel partikel H2O yang
berjatuhan kemuka bumi, tersebar merata ke seluruh penjuru kota, menyebarkan
dan membawa karunia dari sang pencipta,
aku kalut akan kehidupan ini, aku mengeluh akan nasibku yang
tak tentu arah ini, meski aku sudah dikaruniai sebuah pekerjaan tetap masih
saja aku tak bisa berhenti mengeluh, entah mengapa berat bagiku untuk sedikit
saja bersyukur kepada Nya, entah mengapa masih saja aku sering iri dengan
kehidupan teman temanku yang begitu menyenangkan, entah mengapa rezekiku begitu
begitu saja, entah mengapa aku tak bisa berkembang seperti yang lainnya, entah
mengapa? Apa yang belum aku lakukan??
“fir….ada apa termenung terus??” tiba tiba dari belakang kak
samil teman sekontrakanku memanggil
“ehmm, enggak apa apa kak, Cuma lagi galau aj, hehe” jawabku
pelan sembari tersenyum kearahnya
“enggak usah terlalu sering galau tuh, bagaimana schedule
kita malam ini??, jadi antar kakak ke pangkas rambut disimpang SLB??” Tanya kak
samil, ia mememang dahulu punya motor, namun karena tak terlalu lancer
menggunakannya, ia jual kembali, dan sekarang ia sering minta antar ke aku kalo
ada keperluan keluar, dia juga merupakan teman sekantorku, bisa dibilang
seniorku sudah 3 tahun lebih ia berkerja di kantor itu, dan aku beruntung
sebagai orang perantauan bisa menumpang di kontrakannya yang tak terlalu besar
ini. Meski usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga, tampaknya belum ada
tanda tanda ia akan segera melepas masa lajangnya tersebut, meski beberapa kali
ketika dia curhat,terkadang meskipun sangat jarang ia mengeluh namun ia begitu mengidamkan
memiliki seorang istri, dan anak seperti tetangga kami didepan rumah tersebut,
aku sering merasa ngak enak dan turut perihatin,.
“ mudah mudahan bisa, aku juga lagi ngak ada kerjaan malam
ini,”
“baiklah kalo begitu, mudah mudahan juga hujannya segera
berhenti, aku siap siap dulu ya firdaus”
“oke kak…”
Kak samil berlalu menuju kamar mandi sedangkan aku
melanjutkan lamunan panjangku, namun tak berselang lama aku menjadi bosan, aku
melangkah masuk kedalam dan menghidupkan
televise 14 inch yang menemani hari hari sepi kami berdua,
Terbuka sebuah acara kultum sore itu yang dibawa ustad qurai
sihab, ia membawakan sebuah tema tentang nikmatnya bersedekah, namun hanya beberapa menit saja segera
langsung aku ganti ke channel tv yang lain, kulihat sore itu tak ada yang
menarik, beberapa menampilkan film kartun anak anak, sisanya berisi berita dan
gossip murahan, segera aku matikan tv, dan bertepatan dengan itu kumandang
adzan mendengung dengung dan saling bersaut sautan memenuhi seluruh langit
jingga sore itu dengan panggilan untuk menghadap Nya,
Selesai sholat maghrib dan begitu juga kak samil yang telah
siap, kami berdua segera meluncur ke pangkas rambut, ku starter motor supra x
merahku, dan dalam 15 menit kami sudah ada di pangkas rambut simpang SLB
tersebut, seperti biasa jatah minum teh botol gratis aku yang sikat sedangkan
kak samil masuk untuk mengambil posisi antrian pangkas,
Bosanku menunggu, beberapa berita dikoran sudahku sikat
habis, dan teh botol sudah lama habis dari tadi, namun tampaknya tak ada tanda
tanda kak samil telah selesai potong rambut, aku buka handphone ku dan ku akses
jejaring social dan terlihat banyak para
penghuni facebook yang update status malam hari itu, seperti biasa para anak
alay mengupdate status mengenai hubungan mereka, memang terkadang aku iri atau
kurang senang dengan status seperti ini, sehingga membuat moodku hilang, segera
saja ku roll kebawah untuk melihat status lainnya, dan sampailah pada sebuah
status dari sebuah page yang cukup menarik aku baca, dan mengenai sebuah
dahsyatnya bersedekah, bercerita tentang seorang lelaki yang mendapat begitu
banyak kebahagian setelah ia rajin bersedekah, meski tidak 100 % percaya, namun
terbersit dihatiku untuk mencobanya,
“yuk pulang…” tiba tiba suara kak samil menegurku yang
sedang asik dengan hapeku,
“oh iya,.. aku starter motorku dulu” ujarku sembari menuju
motor,
Dug.. sebuah benda hitam terasa menyetuh ujung kakiku,
“apa itu,,,?” pikirku, kulihat dan kuraih benda tersebut,
ternyata itu sebuah dompet,
“ada apa fir??” Tanya kak samil melihatku seperti
kebingungan.
“ini kak, aku ketemu disini” jelasku sembari memberi dompet
tersebut ke kak samil,
Seketika ia mengambil dan memeriksannya, lalu ia masuk
kedalam dan bertanya ke beberapa tukang cukur disana, sepertinya tidak ada
yang tau siapa pemilik dompet tersebut,
“yah, mau bagaimana lagi, kita bawa pulang dulu,” ujar kak
samil,
Kami berdua segera berjalan menuju rumah kami, ditengah
jalan kumandang adzan isya bersaut sautan memecah keheningan malam itu, iseng
saja aku membelokkan motor dan berhenti ke masjid yang berada dipinggir jalan,
Tak seperti biasa tampaknya kak samil bersemangat untuk ikut
sholat malam itu, selesai sholat terlihat sebuah kotak amal yang ada disamping
pintu masuk, segera kurogoh kocekku dan mengambil uang seribuan, mencoba untuk
mulai bersedekah hari itu, tampak kak samil juga segera mengikuti langkahku,
entah mengapa ia begitu bersemangat setelah menemukan dompet itu, aku tak
tahu..
“besok kita kembalikan dompet ini langsung keorangnya” ujar
kak samil tiba tiba
Sebelum sampai kerumah, kami berdua mencoba mencari makan
malam, namun aneh begitu susah mencarinya, karena beberapa toko sudah tutup dan
habis makanannya, hingga kami tiba disuatu tempat, disebuah warung nasi goreng,
tampak seorang lelaki tua sedang menunggu pelanggan, seketika ia segera tegak
dan menyiapkan pesanan kami,
“semuanya 28ribu” ujarnya, segera saja kuberikan uang 30ribu
kepedagang tersebut, ia mencari dilacinya, sepertinya ia tak menemukan uang
kembalian, begitu juga ia mencoba mengecek dompet dan sakunya tampaknya tak ia
temukan uang receh untuk kembalian, ia bertanya ke kami namun setelah kami cek,
uang didompetku dan kak samil hanya berisi pecahan 10ribu selembar, sedangkan
kak samil hanya ada uang 50ribu selembar,
“baiklah ini semuanya 20rb saja,” ujar pedangang itu tiba
tiba sembari mengembalikan uang 10 ribu kami,
“terima kasih banyak pak,” ujar kami berdua hampir
berbarengan,
Dalam perjalanan aku termenung, dan baru kusadari apakah ini
berhubungan dengan uang yang aku sedekahkan tadi??, bahkan hingga kami mendapat
sebuah rezeki yang cukup, bagaimana tidak, seingatku aku memasukkan uang seribu
rupiah ke kotak amal tadi, dan tampaknya kak samil juga segitu, dan bagaimana
begitu cepatnya Allah membalasnya, dengan 4 kali lipat dari yang kami
sedekahkan tadi,
“Subhannallah…” gumamku lirih, entah bagaimana sedekah itu
bekerja, padahal aku hanya coba coba dan belum 100% ikhlas, Allah sudah memberi
ganjaran yang luar biasa, bagaimana jika aku bersedekah lebih besar lagi, dan
tanpa mengharapkan balasan???, hanya Allah yang bisa menjawabnya.
Besok paginya, kami berdua segera berangkat untuk
mengembalikan dompet tersebut, kebetulan kami berdua sedang libur hari ini,
jadi bisa keliling seharian, kami coba buka dompet tersebut untuk pertama
kalinya, aku check ternyata ada 3 ktp didalamnya dengan sebuah foto seorang
lelaki tua dengan nama imran, dengan alamat yang berbeda beda, di daerah pasar
panorama, yang kedua di daerah sawah lebar, dan yang terakhir cukup jauh di
pondok kelapa,
Kami berdua menghela nafas, dan dengan mengucap lafas
bismillah kami segera berangkat menuju tempat yang dekat, ke pasar panorama,
kemungkinan besar tempatnya disini, karena tempat pangkas rambut tersebut
berada tak jauh dari pasar panorama.
Kami memutar mencari alamat tersebut, meski dengan
menggunakan motor, tetap saja susah mencari sebuah tempat yang begitu asing,
pertama kami cari kantor lurahnya, setelah itu dapat posisi rumah pak RT hingga
pada akhirnya kami tau tempat rumah tersebut, yah memang seharusnya mudah jika
rumah rumah disana tak berdempetan dan masih teretera tulisan nomor rumah yang
jelas.
Kami coba ketuk rumah tersebut
“asalamualaikum…” ujar kak samil, aku lebih memilih untuk
menunggu dimotor,
Lama ia berbincang dengan lelaki yang keluar dari rumah
tersebut, entah apa yang mereka bicarakan, namun tampat kak samil keluar dengan
raut muka yang tak begitu senang, dan dompet hitam yang masih berada
ditangannya,
“bukan ini rumahnya fir….” Ujarnya ringan
“terus kita kemana kak??” tanyaku kek kak samil
“mungkin ke alamat yang kedua didaerah sawah lebar, itu yang
terdekat dibanding ke pondok kelapa” ujarnya pelan sembari segera naik ke
motorku, kami melanjutkan perjalanan kesana, hingga tiba disuatu kompleks
perumahan, yang lagi lagi padat, ternyata disini mencari alamat rumah pak imran
tersebut lebih susah, kantor lurah terlihat lengang tak berpenghuni, sehingga
kami terpaksa meraba mencari rumah pak rt di daerah ini, bagaimana tidak,
begitu susahnya mencari rumah tersebut, kami bertanya ke beberapa orang disana,
tak ada yang tahu mengenai pak imran,
Ditengah keputusasaan kami, terdengar suara adzan, kami
segera berhenti dan sholat disebuah masjid ditengah permukiman penduduk
tersebut, selesai sholat kak samil duduk termenung disudut mesjid, ia tampak
kelelahan dan sedikit putus asa, tiba tiba seorang lelaki menghampirinya..
“asalamualaikum, …”
“walaaikumsalam…” jawab kak samil,
“ada apa dik??, sepertinya begitu kebingungan??” Tanya bapak
tua itu
“begini pak, kami sedang mencari alamat ini..” kak samil
menjelaskan sembari menunjukkan ktp tadi ke bapak tersebut,
“owh….pak imran, dia tetangga saya dahulu…., sayang sekali
dik, dia sudah ngak tinggal disini lagi, aku dengar ia sudah pindah ke pondok
kelapa…” jawab bapak tua tersebut,
“ehmm, bagitu ya, terima kasih banyak pak atas infonya”
jawab kak samil, setelah menjabat tangan bapak tersebut, ia segera menyusulku
keluar, ia sempat berhenti sebentar di depan kotak amal untuk berinfaq,
Tanpa pikir panjang, kami langsung meluncur ke daerah pondok
kelapa, jarak yang lumayan jauh, menghabiskan waktu satu jam dari tempat kami
sekarang,
Alhamdulilah tanpa hambatan yang berarti kami sampai di
tempat tersebut, sebuah tempat yang masih kental suasana pedesaannya,
Ketika kami hendak memasuki jalan setapak menuju dalam desa
tersebut, terlihat seorang gadis berkerudung hijau sedang mengendarai sepeda,
namun tiba tiba ia tersungkur tepat tak jauh dari tempat kami berada, dengan
sigap kak samil segera menolong gadis tersebut,
“terima kasih….” Ujar gadis tersebut
“iya sama sama…” jawab kak samil, sembari tersenyum ringan,
Dan ternyata, meski sudah mendapat sedikit info dari bapak
di masjid sebelumnya, karena disini desanya cukup luas ternyata sangat sulit untuk mencari pak imran, apalagi
mungkin dia orang baru disini, sehingga tak begitu banyak warga yang
mengenalnya,
Tak terasa mentari diufuk barat sudah mulai turun
keperaduannya, dilanjut dengan suara adzan maghrib yang mulai berkumandang,
kami memilih untuk singgah sebentar di sebuah surau, dan mengambil wudhu untuk
sholat maghrib, ternyata banyak warga yang berduyun duyun datang kesurau ini,
mulai dari bapak bapak, ibu ibu hingga anak kecil, termasuk gadis tadi yang
ditolong kak samil, ia hanya tersenyum ringan saja melihat kami sembari
menundukkan wajahnya, kak samil juga hanya membalas senyum ringannya tersebut
dan segera berlalu menuju tempat sholat,
Selesai sholat, kak samil melanjutkan kebiasaannya beberapa
hari ini untuk mengisi kotak amal dimasjid tersebut, meski tanpa ia sadari ada
sepasang mata lentik yang memperhatikan kelakukannya tersebut, kami keluar dan
berjalan lagi, hingga pada akhirnya atas petunjuk seorang pemuda disana, kami
berhasil sampai disebuah rumah yang lumayan besar, kami ketuk pintu rumah
tersebut,
“asalamualaikum…..” ujar kak samil
“asalamualaikum….” Sambungku
“waalaikumsalam…….” Tiba tiba muncul seorang lelaki tua
dari dalam rumah tersebut,
“alhamdulilah….” Hampir ujar kami berbarengan… ternyata foto
yang berada di ktp tersebut sama dengan yang lelaki yang berada didepan kami
sekarang…
Segera saja kak samil menjelaskan kedatangan kami disini…
“alhamdulilaah…., sudah seharian saya kebingungan mencari dompet
ini, terima kasih banyak ya nak….”
Ujar bapak imran tersebut, ia begitu bahagia…. Segera saja
ia mengajak kami berdua untuk masuk dahulu kedalam rumahnya
“ saya salut dengan orang seperti anda, susah mencari lelaki
yang jujur dizaman sekarang ini…”
Puji pak imran ke kak samil dan aku, tiba tiba dari
belakang, muncul gadis berkerudung hijau yang ditolong kak samil tadi…
“kakak yang tadi kan??..” ia terkejut dan langsung
menanyakannya
“ adek yang tadi terjatuh, sudah ngak apa apa??” Tanya kak
samil
“alhamdulilah…” jawabnya singkat..
“jadi kalian berdua sudah saling kenal ya fatimah??” Tanya
pak imran ke anaknya tersebut
“ia pak, dia yang menolongku waktu jatuh tadi…” ujar
Fatimah, lalu ia pamit kebelakang,
“wah kebetulan sekali, sekali lagi terima kasih nak, entah
bagaimana kami bisa membalas kebaikan anda ini…” ujar pak imran,
“ngak apa apa pak, itu hanya kebetulan saja tadi…” jawab kak
samil
Mereka berbincang berbagai hal, mulai dari pekerjaan, asal
hingga lain lainnya, aku hanya bisa diam sesekali menyambung pembicaraan
mereka,
“pakk….. sini sebentar,” dari dalam terdengar suara wanita
paruh baya memanggil pak imran
“ehmm.. maaf ya dik, saya kebelakang dulu, istri saya
panggill.., silahkan dinikmati dulu minumannya” jawabnya kekami..
“iya pak terima kasih..” jawab kak samil,
entah apa yang mereka bicarakan didalam, tiba tiba pak imran
keluar dengan tatapan yang berbinar,
“ehmm… begini nak, maaf pertanyaan saya agak pribadi, apakah
kamu sudah berkeluarga??” Tanya pak imran serius..
“alhamdulilah, sepertinya masih belum ketemu jodohnya pak”
jawab kak samil pelan, ia sedikit tertunduk..
“apa sudah ada calon??” ujar pak imran lagi
“belum…” jawab kak samil
Aku bingung dengan arah pembicaraan ini, namun meski
penasaran aku ikuti saja dengan tenang, meski tampaknya akan ada sebuah hikmah
dari perjalanan panjang dan sedekah sedekah yang kami lakukan sepanjang hari ini,
karena sedikit mulas aku permisi untuk keluar sebentar, dan pergi kesungai
dibelakang rumah untuk buang hajat, bukan karena tak ada kakus dirumah
tersebut, aku menolak tawaran untuk buang hajat disana karena ingin sekalian melihat
lihat sungai malam hari.
Setelah selesai aku
termenung melihat bulan purnama yang begitu bersinar terang malam itu,
“fir..” tiba tiba suara kak samil menegurku dari belakang
tatapan wajahnya bergitu berbinar tak kalah dari terang rembulan malam itu.
“alhamdulilah,,,” jawabnya, aku masih bingung namun aku
menstarter motor, setelah mengucap salam dari jauh aku dan kak samil segera
keluar dari desa tersebut, sempat kulihat juga wajah Fatima yang sedikit merona
dipintu depan rumah pak imran, ia dipeluk ringan oleh ibunya.
Malam itu begitu dingin, udara kota Bengkulu yang begitu
menusuk hingga ketulang, angin sepoi sepoi menghembus wajah kami, beberapa
mobil lalu lalang, dan juga pengendara motor yang sibuk dengan aktifitas mereka
masing masing, para penjaja makanan terlihat sibuk melayani para pelanggannya,
mulai dari tukang bakso, sate, pecel lele, dan lain lain,
“alhamdulilah….fir… begitu dahsyatnya kekuatan sabar, ikhlas
dan sedekah….” Tiba tiba kak samil berkomentar,
“sebenarnya ada apa kak??” tanyaku penasaran
“alhamdulilah….akhrinya tiba juga, kamu akan segera dapat
ayuk, insyallah….”
“haa…., selamat ya kak” ujarku antara terkejut, tak percaya
dan semangat…
Setelah itu kak samil bercerita panjang, ternyata pak imran
akan menikahkannya dengan Fatimah, itu atas permintaan Fatimah dan juga
persetujuan istrinya, mereka suka dengan
kejujuran dan kebaikan dari kak samil, sehingga tak ragu lagi untuk menikahkan
anaknya, kak samil juga bercerita panjang bagaimana tukang cukur kamaren
bercerita tentang seorang lelaki yang berhasil karena bersedekah, dan entah
mengapa kak samil begitu tertarik dengan cerita tersebut pada hari itu sehingga
bersemangat untuk melaksanakannya juga, seperti ada getaran aneh ketika aku
mendengar cerita hari itu ujar kak samil, ternyata jalan panjang hari ini dan
keikhlasan membawakan sebuah berkah yang luar biasa,
Dan aku, mendengar hal tersebut begitu takjub dan banyak
sekali mengambil hikmah kejadian pada hari ini, tak perlulah lagi aku ragu ragu
akan kekuatan sedekah, pertama aku hanya mendengar tausiayahnya saja di tv,
lalu aku membaca sebuah cerita inspiratif di sebuah grup facebook mengenai
kekuatan bersedekah, dan hari ini, aku ikut ambil bagian dalam sebuah kisah
nyata betapa begitu kayanya Allah swt, dengan memberi rahmat dan berkahnya
kepada seseorang yang bersedekah dan berjuang dijalannnya dengan hati yang
ikhlas dan tulus…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar