PROLOG-KOTA
KECIL TEPI DANAU
NewRelem City, distric debbai, 24 september 2015
S
|
ebuah layar biru terbentang didepan kami semua, perlahan
mosaik-mosaik biru tersebut berubah menjadi sebuah slide-slide yang bergantian
menunjukkan perpaduan tulisan dan gambar.
Tahun 1983, sebuah bencana besar terjadi
disebuah kota kecil ditengah bukit barisan dan ditepian danau debbai, sebuah kota
maju bernama Relem. Ledakan reaktor nuklir yang begitu besar meluluh lantakkan
seluruh yang berada dikota tersebut hingga rata oleh tanah, dan hampir seluruh
penduduk yang berada dikota tersebut tak ada yang dapat diselamatkan, sekitar 500
ribu jiwa tewas ditempat, bencana yang amat mengerikan tersebut. hingga
sekarang belum diketahui pasti apa penyebab kejadian mengerikan tersebut, dan
tak ada pula yang dapat diminta pertanggung jawaban atas bencana yang begitu
mengerikan dikota indah yang begitu tenang diatas bukit tersebut.
Tahun 1987, tepat 4 tahun setelah
bencana tersebut, pemerintah pusat memutuskan untuk kembali membangun kota yang
telah mati tersebut. setelah yakin dengan telah bersihnya akibat dari radiasi
nuklir dan dengan mengucurkan biaya yang tak sedikit, perlahan demi perlahan
kota baru dibangun diatasnya, dan diberikan sebuah nama atas kota yang baru,
NewRelem. Sedikit demi sedikit kota tersebut mulai dihuni manusia lagi,
berbagai manusia dari penjuru negeri mulai mengisi setiap sudut dari kota yang
baru lahir tersebut, apalagi pemerintah menjanjikan sewa tanah yang murah bagi
seluruh pendatang yang ingin kembali menghidupkan kota tersebut. tentu saja
kesempatan ini tak disia-siakan oleh banyak orang diluar sana, perlahan namun
pasti kota tersebut kembali maju seperti sedia kala.
Tahun 1988, setelah dibentuk
pemerintahan baru yang akan segera mengurus kota tersebut. akhirnya dewan
memutuskan untuk membagi kota menjadi 10 distric yang tersebar diseluruh
wilayah. Dengan antara lain terdiri dari 2 distric besar yang saling
berdampingan bernama mortheb dan farthen, sebuah pelabuhan didekat danau besar
di utara bernama debbai yang senama dengan danau tersebut, lalu diselatan
terdapat area luas yang berbatasan langsung dengan hutan bernama theforest, dan
disampingnya terdapat kota bernama soulatan, wesarat adalah area luas tandus
disebalah barat, esatmur adalah desa kecil dibawah mountain of your disebelah
timur dan kota kembar diantara farthen dan esatmur bernama egia dan aige, dan
yang terakhir area kumuh bernama unjik area yang tepat berada ditengah mortheb
area.
Tahun 1992, fenomena aneh kembali
terjadi diatas kota tersebut, sebuah pusaran langit terbentang luas diatasnya
mengelilingi bulan purnama yang bersinar terang pada malam itu, banyak anak
yang lahir pada malam itu, dan kejadian tersebut berulang hingga beberapa tahun
kedepan, dan setelahnya tak pernah terjadi lagi. Warga menyebutnya sebagai
“massage from the moon”, pesan dari bulan. Pada tahun tersebut pula hampir
seluruh fasilitas dikota NewRelem sudah rampung, dan tak terlihat lagi bahwa
kota tersebut pernah terjadi bencana nuklir sebelumnya, warga hidup damai dan
perekonomian di NewRelem berkembang pesat.
Tahun 2013, fenomena aneh pada tahun
1992 kembali terjadi namun hanya terjadi pada satu malam itu saja, sekitar
pukul 01.00 hingga 01.00.12 dan berulang sekali lagi pada hari berikutnya
dipukul 13.00 hingga 13.00.12, para penyedia operator seluler dikota NewRelem
mengalami masalah sinyal yang cukup parah pada waktu tersebut, namun akhirnya
dapat dipulihkan kembali. Beberapa anak remaja usia 17-24 tahun mengalami
gejala aneh mulai hari tersebut, mereka sering menyebutkan dunia seconder
berulang-ulang, namun para psikolog menganggap itu hanya sebuah ilusi dan
imajinasi mereka yang berlebihan, terlebih lagi pada tahun yang sama sebuah
film tragedi Relem 1983 dan the otherworld sedang begitu ramai dibicarakan,
sehingga menganggap para anak remaja tersebut terlalu terobsesi dengan 2 film
kontroversial tersebut. namun kejadian aneh kembali terjadi berikutnya setiap
minggu sering berjatuhan korban para anak manusia dengan range umur tersebut,
hingga saat ini sudah hampir 35% dari remaja meninggal dunia, berbagai macam
yang terjadi, mulai dari kecelakaan, sakit parah hingga bunuh diri, para pihak
kepolisian masih menyelidiki apa yang sebenarnnya terjadi pada saat itu hingga
sampai 2 tahun sekarang.

“hmm...asalkan
mereka tahu yang sebenarnya terjadi pada 2 tahun yang lalu tersebut” gumam
seorang lelaki disebelahku.
“kau
bicara apa tadi rian??” tanyaku penasaran kelelaki tersebut, dia adalah rian
levin teman sebangkuku yang usianya terpaut 1 tahun lebih tua dariku, lelaki
dengan rambut kecoklatan dengan gaya mohawk tanggung tersebut, serta perawakan
sedang dengan kulit yang putih bersih.

Kebenarkan
kacamata minusku yang sedikit melorot, dan sedikit kurapikan rambut belah
pinggir hitamku dengan jari-jari tanganku dan kusarungkan tas jinjing
dibelakangku. Kutinggalkan rian yang masih duduk termenung dimeja tersebut lalu
bergegas menaiki bis yang akan segera mengantarkanku ke rumah sakit tempat
kakakku dirawat.
Perjalanan
dari sekolah menuju rumah sakit tak begitu jauh, bus yang kutumpangi menyusuri
jalan besar dipinggir danau debbai yang terbentang luas ditimur distric kecil
kami ini, sudut mataku mengangkap banyak para nelayan yang sedang sibuk berburu
hasil laut disana, disisi lain beberapa hiburan terlihat menghiasi danau cantik
tersebut.
Sampai
dirumah sakit, aku segera menghadap keseorang resepsionis disana karena ibu
bilang kakak sudah dipindahkan kekamar lainnya, ia menanyakan tentang diriku.
“baik
dik, namamu siapa, umur serta ada keperluan apa kesini??” tanya gadis
resepsionis tadi.
“nama
saya yoga ferdinan, 16 tahun. Saya mau menjenguk kakak saya yang bernama lukas
ferdinan” balasku ringan
“owh
baiklah, saya periksa dulu dengan pasien atas nama lukas” balas resepsionis
tadi, ia kembali kekomputernya, mengetik-ngetik sesuatu dan kembali menghadap
kearahku.
“lukas
ferdinan, 24 tahun . Dia baru saja dipindahkan kekamar 13 dilantai 4”
“baiklah
terima kasih,...” balasku singkat
Segera
aku bergegas kekamar yang telah ditunjukkan oleh resepsionis tadi, perasaanku
sedikit tak enak, khawatir apa yang terjadi dengan kakak selanjutnya, aku hanya
bisa berdoa dalam lariku semoga ia cepat sadar dan sembuh seperti sedia kala.

Tanpa
aku sadari, perlahan mataku mulai berat, lama kelamaan aku merasa begitu
ngantuk dan aku tertidur tepat ditepian ranjang tempat kakakku dirawat, meski
sedikit sempat aku rasakan gengaman tangan itu semakin kuat, lalu lemas dan
lama-lama menjadi dingin, ya begitu dingin.
Bisa
ku bilang sebagai “tidur di hari jum’at yang dingin....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar