Tulisan Populer

Bahasa

English German Dutch Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 03 Februari 2013

THE CALLERS (PROLOG)



PROLOG-KOTA KECIL TEPI DANAU

NewRelem City, distric debbai, 24 september 2015

S
ebuah layar biru terbentang didepan kami semua, perlahan mosaik-mosaik biru tersebut berubah menjadi sebuah slide-slide yang bergantian menunjukkan perpaduan tulisan dan gambar.

Tahun 1983, sebuah bencana besar terjadi disebuah kota kecil ditengah bukit barisan dan ditepian danau debbai, sebuah kota maju bernama Relem. Ledakan reaktor nuklir yang begitu besar meluluh lantakkan seluruh yang berada dikota tersebut hingga rata oleh tanah, dan hampir seluruh penduduk yang berada dikota tersebut tak ada yang dapat diselamatkan, sekitar 500 ribu jiwa tewas ditempat, bencana yang amat mengerikan tersebut. hingga sekarang belum diketahui pasti apa penyebab kejadian mengerikan tersebut, dan tak ada pula yang dapat diminta pertanggung jawaban atas bencana yang begitu mengerikan dikota indah yang begitu tenang diatas bukit tersebut.

Tahun 1987, tepat 4 tahun setelah bencana tersebut, pemerintah pusat memutuskan untuk kembali membangun kota yang telah mati tersebut. setelah yakin dengan telah bersihnya akibat dari radiasi nuklir dan dengan mengucurkan biaya yang tak sedikit, perlahan demi perlahan kota baru dibangun diatasnya, dan diberikan sebuah nama atas kota yang baru, 
NewRelem. Sedikit demi sedikit kota tersebut mulai dihuni manusia lagi, berbagai manusia dari penjuru negeri mulai mengisi setiap sudut dari kota yang baru lahir tersebut, apalagi pemerintah menjanjikan sewa tanah yang murah bagi seluruh pendatang yang ingin kembali menghidupkan kota tersebut. tentu saja kesempatan ini tak disia-siakan oleh banyak orang diluar sana, perlahan namun pasti kota tersebut kembali maju seperti sedia kala.

Tahun 1988, setelah dibentuk pemerintahan baru yang akan segera mengurus kota tersebut. akhirnya dewan memutuskan untuk membagi kota menjadi 10 distric yang tersebar diseluruh wilayah. Dengan antara lain terdiri dari 2 distric besar yang saling berdampingan bernama mortheb dan farthen, sebuah pelabuhan didekat danau besar di utara bernama debbai yang senama dengan danau tersebut, lalu diselatan terdapat area luas yang berbatasan langsung dengan hutan bernama theforest, dan disampingnya terdapat kota bernama soulatan, wesarat adalah area luas tandus disebalah barat, esatmur adalah desa kecil dibawah mountain of your disebelah timur dan kota kembar diantara farthen dan esatmur bernama egia dan aige, dan yang terakhir area kumuh bernama unjik area yang tepat berada ditengah mortheb area.

Tahun 1992, fenomena aneh kembali terjadi diatas kota tersebut, sebuah pusaran langit terbentang luas diatasnya mengelilingi bulan purnama yang bersinar terang pada malam itu, banyak anak yang lahir pada malam itu, dan kejadian tersebut berulang hingga beberapa tahun kedepan, dan setelahnya tak pernah terjadi lagi. Warga menyebutnya sebagai “massage from the moon”, pesan dari bulan. Pada tahun tersebut pula hampir seluruh fasilitas dikota NewRelem sudah rampung, dan tak terlihat lagi bahwa kota tersebut pernah terjadi bencana nuklir sebelumnya, warga hidup damai dan perekonomian di NewRelem berkembang pesat.

Tahun 2013, fenomena aneh pada tahun 1992 kembali terjadi namun hanya terjadi pada satu malam itu saja, sekitar pukul 01.00 hingga 01.00.12 dan berulang sekali lagi pada hari berikutnya dipukul 13.00 hingga 13.00.12, para penyedia operator seluler dikota NewRelem mengalami masalah sinyal yang cukup parah pada waktu tersebut, namun akhirnya dapat dipulihkan kembali. Beberapa anak remaja usia 17-24 tahun mengalami gejala aneh mulai hari tersebut, mereka sering menyebutkan dunia seconder berulang-ulang, namun para psikolog menganggap itu hanya sebuah ilusi dan imajinasi mereka yang berlebihan, terlebih lagi pada tahun yang sama sebuah film tragedi Relem 1983 dan the otherworld sedang begitu ramai dibicarakan, sehingga menganggap para anak remaja tersebut terlalu terobsesi dengan 2 film kontroversial tersebut. namun kejadian aneh kembali terjadi berikutnya setiap minggu sering berjatuhan korban para anak manusia dengan range umur tersebut, hingga saat ini sudah hampir 35% dari remaja meninggal dunia, berbagai macam yang terjadi, mulai dari kecelakaan, sakit parah hingga bunuh diri, para pihak kepolisian masih menyelidiki apa yang sebenarnnya terjadi pada saat itu hingga sampai 2 tahun sekarang.

“baiklah anak-anak, itu saja pelajaran sejarah kita pada hari ini, semoga dapat kalian serap dengan baik....selamat siang” ujar seorang lelaki paruh baya didepan kami semua, layar lcd yang tadi menampilkan slide dan film mengenai sejarah kota ini perlahan mulai menggelap dan menjadi warna biru, lelaki tersebut yang tak lain adalah guru kami disekolah ini sibuk membereskan alat presentasinya dibantu dengan beberapa anak laiinya.
“hmm...asalkan mereka tahu yang sebenarnya terjadi pada 2 tahun yang lalu tersebut” gumam seorang lelaki disebelahku.

“kau bicara apa tadi rian??” tanyaku penasaran kelelaki tersebut, dia adalah rian levin teman sebangkuku yang usianya terpaut 1 tahun lebih tua dariku, lelaki dengan rambut kecoklatan dengan gaya mohawk tanggung tersebut, serta perawakan sedang dengan kulit yang putih bersih.
“oh..ah...tidak..tidak ada apa-apa, hehe, aku hanya ngelantur tadi ga” ujar rian gelagapan, namun aku tak begitu penasaran apa yang sebenarnya digumamkan oleh lelaki barusan yang terpenting sekarang aku harus pulang dan segera kerumah sakit, kakakku sudah beberapa hari ini koma tak sadarkan diri, kecelakaan tunggal akibat jatuh dari motor yang menyebabkan semua itu, bergantian kami sekeluarga menemaninya dirumah sakit, dan siang ini giliranku yang menjaga kakakku satu-satunya tersebut.
Kebenarkan kacamata minusku yang sedikit melorot, dan sedikit kurapikan rambut belah pinggir hitamku dengan jari-jari tanganku dan kusarungkan tas jinjing dibelakangku. Kutinggalkan rian yang masih duduk termenung dimeja tersebut lalu bergegas menaiki bis yang akan segera mengantarkanku ke rumah sakit tempat kakakku dirawat.
Perjalanan dari sekolah menuju rumah sakit tak begitu jauh, bus yang kutumpangi menyusuri jalan besar dipinggir danau debbai yang terbentang luas ditimur distric kecil kami ini, sudut mataku mengangkap banyak para nelayan yang sedang sibuk berburu hasil laut disana, disisi lain beberapa hiburan terlihat menghiasi danau cantik tersebut.
Sampai dirumah sakit, aku segera menghadap keseorang resepsionis disana karena ibu bilang kakak sudah dipindahkan kekamar lainnya, ia menanyakan tentang diriku.
“baik dik, namamu siapa, umur serta ada keperluan apa kesini??” tanya gadis resepsionis tadi.
“nama saya yoga ferdinan, 16 tahun. Saya mau menjenguk kakak saya yang bernama lukas ferdinan” balasku ringan
“owh baiklah, saya periksa dulu dengan pasien atas nama lukas” balas resepsionis tadi, ia kembali kekomputernya, mengetik-ngetik sesuatu dan kembali menghadap kearahku.
“lukas ferdinan, 24 tahun . Dia baru saja dipindahkan kekamar 13 dilantai 4”
“baiklah terima kasih,...” balasku singkat
Segera aku bergegas kekamar yang telah ditunjukkan oleh resepsionis tadi, perasaanku sedikit tak enak, khawatir apa yang terjadi dengan kakak selanjutnya, aku hanya bisa berdoa dalam lariku semoga ia cepat sadar dan sembuh seperti sedia kala.
Aku membuka pintu kamar tersebut, diatas ranjang bersprei putih, seorang lelaki dengan rambut belah pinggir tebalnya itu, disertai janggut halus yang menghiasi dagunya, badannya yang berisi akhir-akhir ini tampak semakin menyusut, begitu juga cekungan diwajahnya, kurus dan kering, beberapa selang infus masih menempel setia diujung lengan tangan kirinya, yah itu dia lukas ferdinan, tak lain adalah kakakku, kakak masih tak sadarkan diri seperti beberapa hari terakhir, aku kembali mengengam erat tangannya, wajahnya masih menyisahkan raut kecemasan yang tak pernah aku ketahui sampai sekarang apa maknanya, apakah ada sesuatu hal yang ingin ia sampaikan kepada kami ataukah kepadaku?? Pertanyaan tersebut masih mengelayut mesrah dikepalaku.
Tanpa aku sadari, perlahan mataku mulai berat, lama kelamaan aku merasa begitu ngantuk dan aku tertidur tepat ditepian ranjang tempat kakakku dirawat, meski sedikit sempat aku rasakan gengaman tangan itu semakin kuat, lalu lemas dan lama-lama menjadi dingin, ya begitu dingin.
Bisa ku bilang sebagai “tidur di hari jum’at yang dingin....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar