Tulisan Populer

Bahasa

English German Dutch Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 15 Januari 2014

Silent Pirates (Journal 5)

~  TIME TO PRACTICE ~



Beberapa hari sudah terlewati semenjak kedatangan weather strom pirates dan undangan tersebut, dan sudah beberapa hari ini pula kapten lebih sering mengurung diri dikamar, begitu juga dengan selena, almaido dan ferazo, mereka lebih sering melamun sekarang, entah apa maksud dari undangan tersebut aku juga masih bingung, ingin sekali kutanyakan langsung kekapten, namun aku tak punya nyali untuk bicara begitu pada mereka, yah… suatu kebetulan saja, atau entah emang aku sekarang udah mulai bisa akrab sama beberapa kru, sehingga aku bisa lebih sering buka suara sekarang.
“nah….., ternyata disini kau boy…” tiba tiba suara yang familiar mengejutkanku
“owh ternyata kau craigh, ada apa??”
“haaahhhh… masak kau lupa dengan janjimu?? Yang tiga hari lewat, dan kulihat tanganmu sudah sehat sekrang” ujar craigh sembari melirik tanganku yang sudah tak diperban lagi.
Aku sadar bakal jadi bahan percobaan craigh, muncul pikiranku untuk kabur dari hadapannya, aku coba langkahkan kakiku pelan..pelan…
“eiiitss…. Mau kemana kau boy???” halang craigh, kali ini aku terkejut, bukan karena apa, tangan yang ia buat tersebut memanjang dan mengegam pergelangan tanganku,
“arghhh…apa….ini….!!!” teriakku keheranan
“hehehehe, inilah versi sempuran dari artuna” ujar craigh bangga, sembari mengosok-gosok hidungnya dengan jari telunjuk
“jadi kau siap untuk mencobanya??” tanyanya lagi…
“ehhmmm… tak ada pilihan lain, okelah…” jawabku ringan sembari menerima lengan buatan yang ia lemparkan kepadaku, kusarungkan perlahan tangan tersebut ke tangan kananku, tiba tiba benda tersebut mengunci sendiri…
“wahhh.. apa ini, kenapa nga bisa lepas??” tentu saja aku panic dengan hal itu
“tenang, kau mesti belum terbiasa saja, sekarang coba kau lemaskan pergelangan tanganmu…” jelas craigh
Aku mencobanya, perlahan meski sedikit tegang, namun benda tersebut tetap terkunci juga
“jangan tegang, santai saja, dan coba lemaskan lagi pergelangan tanganmu…”
“ehmm.. baiklah” aku mencoba melemaskannya dan benda tersebut akhirnya terbuka, lalu aku sarungkan lagi benda tersebut karena penasaran
“lalu apa kelebihan lain dari alat ini??” tanyaku
“baiklah, akan aku jelaskan manualnya ya……”ujar craigh
Ada lima fungsi utama yang dapat kau gunakan dari lengan tersebut
Yang pertama tekukkan jempolmu dua kali maka dari punggung benda tersebut akan muncul sebuah pedang panjang.
Yang kedua tekukkan telunjukmu sama dua kali juga maka akan muncul lubang senapan dari punggungnya
Yang ketiga tekukkan  jari tengahmu juga akan membuat tangan tadi memanjang, ukuran panjangnya maksimal hanya 5 meter saja, dan ukurannya dapat kau sesuaikan dengan berapa kali kau menekuk jari tengahmu tersebut, 1 kali untuk satu meter dan seterusnya
Yang keempat tekukkan jari manismu dua kali dan lengan tersebut akan memanjang hingga ke bahumu, itu sebagai pertahanan
Dan yang terakhir tekukkan jari kelingkingmu dua kali dan itu untuk menyimpan senjata atau mengembalikan senjata yang kau keluarkan dengan teknik sebelumnya sehingga menjadi lengan yang normal kembali
Aku menganguk angguk pelan mendengar penjelasan panjang lebar dari craigh, masih ragu apakah memang bisa begitu tapi kalau melihat benda ini tadi bisa memanjang, ada kemungkinan juga??,
“heiii… apa kau tak percaya??” ujar craigh, sepertinya ia menangkap apa isi hatiku
“coba saja dulu boy, baru kau akan terperangah, hehehehe” ujarnya lagi dengan penuh keyakinan, ia mundur beberapa langkah, sepertinya tak ingin kena senjatanya sendiri.

Akupun juga mundur, dengan sigap, aku mulai mencoba menggerakkan jempol tanganku, satu…dua… benda tersebut bergetar kecil dan….
SREEET…. Sebuah pendang panjang keluar dari punggung tangan artuna..
“walah…keren…” ungkapku takjub
“hehehe, baru percaya dia sekarang” jawab craigh
Lalu aku coba tekukkan kelingking dan pedang itu masuk lagi, aku cuba yang laiinya dan ternyata semua keluar seperti yang ia bilang, iseng saja aku mencoba menekuk jari jempol dan telunjuk secara bersamaan, tiba-tiba alat tersebut bergetar keras mencengkram dan rontok satu persatu….
“wahhhhh….my artunaaaaaa…!!!!, kenapa bisa begitu, kau gila boy….!!” Ujar craigh panic, tak menyangka ia maha karyanya bisa rusak karena sedikit keisenganku,
“aduuhh….kau apakan tadii..??” tanyanya sembari memungut kepingan kepingan artuna yang berceceran
“aku hanya iseng menekuk kedua jariku secara bersamaan itu saja…” jawabku entang…, meski sebenarnya aku panik dan merasa ngak enak hati juga…
“arghhh…tadikan tak aku instruksikan begitu boy….” Ujar craigh kesal, ia lalu mengumpulkan semuanya dan berlari keteteran menuju ruang labnya lagi….sembari berteriak “ohhh….maha karyaku…”
Aku membalikkan badan dan akan segera pergi ketempat lain tiba tiba ia keluar lagi
“boyy… tunggu ya, kalau ini bagus lagi kau harus menjadi percobaannya lagi, itu hukumannya….!!!” Ketus craigh keras sembari berlari masuk lagi kedalam labnya
“okeee…..” jawabku panjang sembari berjalan kedek belakang
“sudah main-mainnya???” tiba tiba suara tegas mendengung disampingku, ferazo berdiri sembari memegang pedan yang diayun ayukannya
“owh.. ferazo…tidak, aku tadi bantu craigh dengan alat barunya..” jawabku pelan
“tak usah banyak alas an, ayo kita lanjut latihan lagi, aku perhatikan kemarin ketika serangan angkatan laut, memegang pedang saja kau gemetaran, masa dengan fiana saja kau kalah…!” sindirnya lagi..
“maaf…” jawabku pelan
“ehmm, heran juga… mestinya kau itu bisa seperti kakekmu…”
“ah… kau kenal kakekku??” tanyaku keheranan, bagaimana lelaki ini bisa kenal dengan kakekku
“tentu saja, dia itu guruku…, apa kau sudah lupa kejadian 10 tahun yang lalu??”
“eh…kau pemuda itu..?” tanyaku, ingatanku kembali kemasa lalu, mengingat ada seorang pemuda berambut gondrong yang sering berlatih pedang dengan kakek, ia juga bersama revan begitu tekun mempelajari pedang pada waktu itu, aku pada waktu itu hanya bermain main saja.
“sudahlah itu tak penting, setidaknya sekarang aku akan mengajarkanmu bagaimana memegang pedang yang benar” ketus ferazo, ia lalu menunjukkan tangannya kearahku, caranya menggam pedang dengan keras, lalu posisi masing masing jarinya juga.
“coba kau peraktekkan..”
“baiklah..” aku segera mencoba apa yang ia tunjukkan tadi, namun entah mengapa tanganku gemetaran hebat sehingga hampir saja pedang itu jatuh dari gengammanku
“coba terus, sampai kamu bisa….aku akan tunggu disini!!” ketus ferazo keras sembari duduk bersila dipinggir dinding kapal
Berulang kali aku mencobanya, namun percuma tetap sama saja, gagal dan gagal, pernah berhasil hilang gemetarannya, namun ketika aku mengayunkan pedang tersebut, tanganku mendadak gemetar dan membuat pedang tersebut terlempar ketanah..
“hmm… berat juga ya, kau tak seperti adikmu, kau tak terbiasa dari kecil,…coba lagi…!!”
“baiklah….” Ujarku, sebenarnya aku sangat tak suka diejek apalagi dibanding bandingkan dengan reven, tapi memang kenyataannya begitu, aku bisa apa??, dan lagian memang salah aku juga yang menghabiskan waktu kecil tidak untuk berlatih seperti mereka
“sekarang, jangan perdulikan gemetaran tersebut, focus saja dengan mengayunkan pedang…” ujarnya lagi, aku coba terus hingga hari sudah sore, dan lumayan ada progress aku sudah bisa mengayukan pedang ini dengan lebih baik.
“yah,.. mau bagaimana lagi, sekarang istirahatlah, besok kita sambung lagi..” ujar ferazo sembari melemparkan handuk kecil kearahku.
“lap keringatmu itu..” ketusnya lagi lalu berlalu kedalam kapal
Aku mengelap wajahku yang penuh dengan keringat, aku masih menggerutu dalam hati, tak terima dengan semua ini, kenapa aku bisa begitu lemah??, kenapa aku tak bisa seperti yang laiinya?? Owh kenapa selalu aku yang sial…dan revan yang beruntung???
DSINGGGGG…..
Tiba – tiba sebuah pedang tertancap di lantai dekat tempat ku berdiri,
“itu berbahaya tau,…” ujarku pelan sembari mengahadap kearah orang yang melemparkan tersebut..
“eh… fi..fiana…. kenapa…” aku terkejut dengan apa yang aku lihat, fianalah yang melemparkan pedang tersebut dan ditangan kirinya ia juga sedang memainkan sebuah pedang yang sama besarnya dengan pedang yang ia lempar tadi.
 Ia diam saja, dan berlari kearah ku sembari berancang – ancang untuk menyerangku dengan pedang yang ada ditangannya, dengan refleks aku tahan pedang tersebut dangan pedang yang berada di sampingku…
TING…...!!!!!, bunyi benturan padang tersebut terdengar hingga penjuru kapal…
“ada apa sebenarnya, apakah aku ada salah denganmu…??” tanyaku pelan dan semakin kebingungan dengan tingkah lakunya…
Namun fiana tetap diam dan terus menyerangku, kami beradu pedang, dan akhirnya kami tersungkur dilantai kapal tersebut karena kelelahan..
“hmm….” Fiana tersenyum dan berlalu kedalam kapal, aku masih kebingungan dengan apa yang ia lakukan, namun tanpa aku sadari skill berpedangku tampak membaik, beberapa saat kemudian fiana keluar dari dalam kapal dan memberiku minuman yang ia bawa,..
“eh terima kasih…” ujarku pelan sembari tersipu…
“ma..maafkan aku tadi, aku hanya ingin mencoba berlatih denganmu, namun aku tak tahu harus bilang apa…” ujar fiana pelan sembari tersipu pula..
“eehehe… maaf aku tidak bisa jadi teman latihanmu dengan baik..” jawabku lesu..
“ehmm… kau cukup hebat kok sebenarnya…” ujarnya sembari berlalu meninggalkanku sendiri, sempat aku lihat senyum tersunging dibibirnya…
Hmm… terima kasih….. ujarku pelan didalam hati, entah perasaan depresi beberapa saat lalu terasa hilang begitu saja, fiana datang merubah segala penat dihati ini, ia seolah membuatku menjadi lebih berguna dan merasa lebih percaya diri, entah dari mana perasaan itu muncul aku juga tak tahu..
Entah apa yang membuatku menjadi tambah bersemangat setelah itu, namun satu yang ku yakini, aku harus melakukan apa yang dapat aku lakukan. Dan untuk saat ini akan aku latih tangan ini agar terbiasa menebas pedang yang ku pegang ini, dan aku tak akan menyusahkan mereka lagi,…. Itu pasti….
Berhari – hari kemudian, aku mulai berlatih lagi dengan ferazo, lalu ikut mengembangkan dan menjadi kelinci percobaan craigh dengan senjata buatannya, dan  sesekali aku melihat kapten berlatih dengan kekuatan nature nya,…
Hingga akhirnya sampai kepada 1 minggu sebelum pertemuan tersebut tiba, kapten mengumpulkan kami semua di deck utama kapal silver omni ini.
“aku mengumpulkan kalian semua disini, hanya satu hal yang ingin aku katakan, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada kita minggu depan, setelah sampai disana apakah kita akan menjadi terhormat atau malah menjadi umpan seperti binatang liar yang ada dilautan, jika kita tetap bersama itu hal yang sangat aku harapkan, namun jika kita harus berpisah akan suatu kejadian…. Aku harapkan kalian akan tetap bersama meski  salah satu atau lebih dari kita tak bisa bersama lagi….”
Captain jack barbossa menyampaikan itu dengan tenang, ia berusaha menahan emosi yang bergejolak dihatinya, bebarapa dari kru kapal tampak meneteskan airmata, begitupun dengan craigh yang menangis paling kuat, kapten jack sudah seperti ayahnya sendiri semenjak ia diselamatkan dari sebuah pembajakkan kapal beberapa tahun silam.
Fiana diam seperti biasa dan menundukkan kepalanya, selena tampak terduduk lemas sembari memainkan kertas peta yang ia pegang, almaido dan ferazo juga diam tanpa ekspresi…
Aku masih bingung dengan sebenarny yang disampaikan kapten, ada rasa ingin untuk bertanya, namun kuurungkan dengan melihat situasi ini, mungkin ada satuhal yang tak ku ketahui…. Namun akan segera aku ketahui….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar