~ TIME TO PRACTICE ~
Beberapa hari sudah terlewati semenjak kedatangan weather
strom pirates dan undangan tersebut, dan sudah beberapa hari ini pula kapten
lebih sering mengurung diri dikamar, begitu juga dengan selena, almaido dan
ferazo, mereka lebih sering melamun sekarang, entah apa maksud dari undangan
tersebut aku juga masih bingung, ingin sekali kutanyakan langsung kekapten,
namun aku tak punya nyali untuk bicara begitu pada mereka, yah… suatu kebetulan
saja, atau entah emang aku sekarang udah mulai bisa akrab sama beberapa kru,
sehingga aku bisa lebih sering buka suara sekarang.
“nah….., ternyata disini kau boy…” tiba tiba suara yang
familiar mengejutkanku
“owh ternyata kau craigh, ada apa??”
“haaahhhh… masak kau lupa dengan janjimu?? Yang tiga hari
lewat, dan kulihat tanganmu sudah sehat sekrang” ujar craigh sembari melirik
tanganku yang sudah tak diperban lagi.
Aku sadar bakal jadi bahan percobaan craigh, muncul
pikiranku untuk kabur dari hadapannya, aku coba langkahkan kakiku pelan..pelan…
“eiiitss…. Mau kemana kau boy???” halang craigh, kali ini
aku terkejut, bukan karena apa, tangan yang ia buat tersebut memanjang dan
mengegam pergelangan tanganku,
“arghhh…apa….ini….!!!” teriakku keheranan
“hehehehe, inilah versi sempuran dari artuna” ujar craigh
bangga, sembari mengosok-gosok hidungnya dengan jari telunjuk
“jadi kau siap untuk mencobanya??” tanyanya lagi…
“ehhmmm… tak ada pilihan lain, okelah…” jawabku ringan
sembari menerima lengan buatan yang ia lemparkan kepadaku, kusarungkan perlahan
tangan tersebut ke tangan kananku, tiba tiba benda tersebut mengunci sendiri…
“wahhh.. apa ini, kenapa nga bisa lepas??” tentu saja aku
panic dengan hal itu
“tenang, kau mesti belum terbiasa saja, sekarang coba kau
lemaskan pergelangan tanganmu…” jelas craigh
Aku mencobanya, perlahan meski sedikit tegang, namun benda
tersebut tetap terkunci juga
“jangan tegang, santai saja, dan coba lemaskan lagi
pergelangan tanganmu…”
“ehmm.. baiklah” aku mencoba melemaskannya dan benda
tersebut akhirnya terbuka, lalu aku sarungkan lagi benda tersebut karena
penasaran
“lalu apa kelebihan lain dari alat ini??” tanyaku
“baiklah, akan aku jelaskan manualnya ya……”ujar craigh
Ada lima fungsi utama
yang dapat kau gunakan dari lengan tersebut
Yang pertama tekukkan
jempolmu dua kali maka dari punggung benda tersebut akan muncul sebuah pedang
panjang.
Yang kedua tekukkan
telunjukmu sama dua kali juga maka akan muncul lubang senapan dari punggungnya
Yang ketiga
tekukkan jari tengahmu juga akan membuat
tangan tadi memanjang, ukuran panjangnya maksimal hanya 5 meter saja, dan
ukurannya dapat kau sesuaikan dengan berapa kali kau menekuk jari tengahmu
tersebut, 1 kali untuk satu meter dan seterusnya
Yang keempat tekukkan
jari manismu dua kali dan lengan tersebut akan memanjang hingga ke bahumu, itu
sebagai pertahanan
Dan yang terakhir
tekukkan jari kelingkingmu dua kali dan itu untuk menyimpan senjata atau
mengembalikan senjata yang kau keluarkan dengan teknik sebelumnya sehingga
menjadi lengan yang normal kembali
Aku menganguk angguk pelan mendengar penjelasan panjang
lebar dari craigh, masih ragu apakah memang bisa begitu tapi kalau melihat
benda ini tadi bisa memanjang, ada kemungkinan juga??,
“heiii… apa kau tak percaya??” ujar craigh, sepertinya ia
menangkap apa isi hatiku
“coba saja dulu boy, baru kau akan terperangah, hehehehe”
ujarnya lagi dengan penuh keyakinan, ia mundur beberapa langkah, sepertinya tak
ingin kena senjatanya sendiri.
Akupun juga mundur, dengan sigap, aku mulai mencoba menggerakkan
jempol tanganku, satu…dua… benda tersebut bergetar kecil dan….
SREEET…. Sebuah pendang panjang keluar dari punggung tangan
artuna..
“walah…keren…” ungkapku takjub
“hehehe, baru percaya dia sekarang” jawab craigh
Lalu aku coba tekukkan kelingking dan pedang itu masuk lagi,
aku cuba yang laiinya dan ternyata semua keluar seperti yang ia bilang, iseng
saja aku mencoba menekuk jari jempol dan telunjuk secara bersamaan, tiba-tiba
alat tersebut bergetar keras mencengkram dan rontok satu persatu….
“wahhhhh….my artunaaaaaa…!!!!, kenapa bisa begitu, kau gila
boy….!!” Ujar craigh panic, tak menyangka ia maha karyanya bisa rusak karena
sedikit keisenganku,
“aduuhh….kau apakan tadii..??” tanyanya sembari memungut
kepingan kepingan artuna yang berceceran
“aku hanya iseng menekuk kedua jariku secara bersamaan itu
saja…” jawabku entang…, meski sebenarnya aku panik dan merasa ngak enak hati
juga…
“arghhh…tadikan tak aku instruksikan begitu boy….” Ujar
craigh kesal, ia lalu mengumpulkan semuanya dan berlari keteteran menuju ruang
labnya lagi….sembari berteriak “ohhh….maha karyaku…”
Aku membalikkan badan dan akan segera pergi ketempat lain
tiba tiba ia keluar lagi
“boyy… tunggu ya, kalau ini bagus lagi kau harus menjadi
percobaannya lagi, itu hukumannya….!!!” Ketus craigh keras sembari berlari
masuk lagi kedalam labnya
“okeee…..” jawabku panjang sembari berjalan kedek belakang
“sudah main-mainnya???” tiba tiba suara tegas mendengung
disampingku, ferazo berdiri sembari memegang pedan yang diayun ayukannya
“owh.. ferazo…tidak, aku tadi bantu craigh dengan alat
barunya..” jawabku pelan
“tak usah banyak alas an, ayo kita lanjut latihan lagi, aku
perhatikan kemarin ketika serangan angkatan laut, memegang pedang saja kau
gemetaran, masa dengan fiana saja kau kalah…!” sindirnya lagi..
“maaf…” jawabku pelan
“ehmm, heran juga… mestinya kau itu bisa seperti kakekmu…”
“ah… kau kenal kakekku??” tanyaku keheranan, bagaimana
lelaki ini bisa kenal dengan kakekku
“tentu saja, dia itu guruku…, apa kau sudah lupa kejadian 10
tahun yang lalu??”
“eh…kau pemuda itu..?” tanyaku, ingatanku kembali kemasa
lalu, mengingat ada seorang pemuda berambut gondrong yang sering berlatih
pedang dengan kakek, ia juga bersama revan begitu tekun mempelajari pedang pada
waktu itu, aku pada waktu itu hanya bermain main saja.
“sudahlah itu tak penting, setidaknya sekarang aku akan
mengajarkanmu bagaimana memegang pedang yang benar” ketus ferazo, ia lalu
menunjukkan tangannya kearahku, caranya menggam pedang dengan keras, lalu
posisi masing masing jarinya juga.
“coba kau peraktekkan..”
“baiklah..” aku segera mencoba apa yang ia tunjukkan tadi,
namun entah mengapa tanganku gemetaran hebat sehingga hampir saja pedang itu
jatuh dari gengammanku
“coba terus, sampai kamu bisa….aku akan tunggu disini!!”
ketus ferazo keras sembari duduk bersila dipinggir dinding kapal
Berulang kali aku mencobanya, namun percuma tetap sama saja,
gagal dan gagal, pernah berhasil hilang gemetarannya, namun ketika aku
mengayunkan pedang tersebut, tanganku mendadak gemetar dan membuat pedang
tersebut terlempar ketanah..
“hmm… berat juga ya, kau tak seperti adikmu, kau tak
terbiasa dari kecil,…coba lagi…!!”
“baiklah….” Ujarku, sebenarnya aku sangat tak suka diejek
apalagi dibanding bandingkan dengan reven, tapi memang kenyataannya begitu, aku
bisa apa??, dan lagian memang salah aku juga yang menghabiskan waktu kecil
tidak untuk berlatih seperti mereka
“sekarang, jangan perdulikan gemetaran tersebut, focus saja
dengan mengayunkan pedang…” ujarnya lagi, aku coba terus hingga hari sudah sore,
dan lumayan ada progress aku sudah bisa mengayukan pedang ini dengan lebih baik.
“yah,.. mau bagaimana lagi, sekarang istirahatlah, besok
kita sambung lagi..” ujar ferazo sembari melemparkan handuk kecil kearahku.
“lap keringatmu itu..” ketusnya lagi lalu berlalu kedalam
kapal
Aku mengelap wajahku yang penuh dengan keringat, aku masih
menggerutu dalam hati, tak terima dengan semua ini, kenapa aku bisa begitu
lemah??, kenapa aku tak bisa seperti yang laiinya?? Owh kenapa selalu aku yang
sial…dan revan yang beruntung???
DSINGGGGG…..
Tiba – tiba sebuah pedang tertancap di lantai dekat tempat
ku berdiri,
“itu berbahaya tau,…” ujarku pelan sembari mengahadap kearah
orang yang melemparkan tersebut..
“eh… fi..fiana…. kenapa…” aku terkejut dengan apa yang aku
lihat, fianalah yang melemparkan pedang tersebut dan ditangan kirinya ia juga
sedang memainkan sebuah pedang yang sama besarnya dengan pedang yang ia lempar
tadi.
Ia diam saja, dan
berlari kearah ku sembari berancang – ancang untuk menyerangku dengan pedang
yang ada ditangannya, dengan refleks aku tahan pedang tersebut dangan pedang
yang berada di sampingku…
TING…...!!!!!, bunyi benturan padang tersebut terdengar
hingga penjuru kapal…
“ada apa sebenarnya, apakah aku ada salah denganmu…??”
tanyaku pelan dan semakin kebingungan dengan tingkah lakunya…
Namun fiana tetap diam dan terus menyerangku, kami beradu
pedang, dan akhirnya kami tersungkur dilantai kapal tersebut karena kelelahan..
“hmm….” Fiana tersenyum dan berlalu kedalam kapal, aku masih
kebingungan dengan apa yang ia lakukan, namun tanpa aku sadari skill
berpedangku tampak membaik, beberapa saat kemudian fiana keluar dari dalam
kapal dan memberiku minuman yang ia bawa,..
“eh terima kasih…” ujarku pelan sembari tersipu…
“ma..maafkan aku tadi, aku hanya ingin mencoba berlatih
denganmu, namun aku tak tahu harus bilang apa…” ujar fiana pelan sembari
tersipu pula..
“eehehe… maaf aku tidak bisa jadi teman latihanmu dengan
baik..” jawabku lesu..
“ehmm… kau cukup hebat kok sebenarnya…” ujarnya sembari
berlalu meninggalkanku sendiri, sempat aku lihat senyum tersunging dibibirnya…
Hmm… terima kasih….. ujarku pelan didalam hati, entah
perasaan depresi beberapa saat lalu terasa hilang begitu saja, fiana datang
merubah segala penat dihati ini, ia seolah membuatku menjadi lebih berguna dan
merasa lebih percaya diri, entah dari mana perasaan itu muncul aku juga tak
tahu..
Entah apa yang membuatku menjadi tambah bersemangat setelah
itu, namun satu yang ku yakini, aku harus melakukan apa yang dapat aku lakukan.
Dan untuk saat ini akan aku latih tangan ini agar terbiasa menebas pedang yang
ku pegang ini, dan aku tak akan menyusahkan mereka lagi,…. Itu pasti….
Berhari – hari kemudian, aku mulai berlatih lagi dengan
ferazo, lalu ikut mengembangkan dan menjadi kelinci percobaan craigh dengan
senjata buatannya, dan sesekali aku
melihat kapten berlatih dengan kekuatan nature nya,…
Hingga akhirnya sampai kepada 1 minggu sebelum pertemuan
tersebut tiba, kapten mengumpulkan kami semua di deck utama kapal silver omni
ini.
“aku mengumpulkan kalian semua disini, hanya satu hal yang
ingin aku katakan, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada kita minggu depan,
setelah sampai disana apakah kita akan menjadi terhormat atau malah menjadi
umpan seperti binatang liar yang ada dilautan, jika kita tetap bersama itu hal
yang sangat aku harapkan, namun jika kita harus berpisah akan suatu kejadian…. Aku
harapkan kalian akan tetap bersama meski
salah satu atau lebih dari kita tak bisa bersama lagi….”
Captain jack barbossa menyampaikan itu dengan tenang, ia
berusaha menahan emosi yang bergejolak dihatinya, bebarapa dari kru kapal
tampak meneteskan airmata, begitupun dengan craigh yang menangis paling kuat,
kapten jack sudah seperti ayahnya sendiri semenjak ia diselamatkan dari sebuah
pembajakkan kapal beberapa tahun silam.
Fiana diam seperti biasa dan menundukkan kepalanya, selena
tampak terduduk lemas sembari memainkan kertas peta yang ia pegang, almaido dan
ferazo juga diam tanpa ekspresi…
Aku masih bingung dengan sebenarny yang disampaikan kapten,
ada rasa ingin untuk bertanya, namun kuurungkan dengan melihat situasi ini,
mungkin ada satuhal yang tak ku ketahui…. Namun akan segera aku ketahui….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar